Karena rekor 'like' and 'love' pada komentar saya ini terbanyak di bawah status Tempo ini, rasanya perlu juga membagikannya kepada Anda. Saya belum baca buku-bukunya Sirri, tapi inti pikirannya sudah ketangkap.
___
Walaupun perlu dihargai sebagai sebuah karya intelektual tapi buku-buku keislaman produk dari tradisi kesarjanaan Barat sudah kebayang, perlu dikritisi dan dicurigai. Tak akan menguatkan keyakinan dan keimanan dalam beragama tapi membuyarkannya karena itulah misi orientalisme.
Mun'im dicetak dalam tradisi orientalisme. Walaupun orientalisme itu ada yang simpatik tapi orientalisme tak pernah memberikan penguatan keyakinan beragama bagi umat tapi membuyarkannya melalui proses yang disebut 'tradisi akademik.'
Sarjana Muslim yang berhasil membuyarkan, membingungkan dan meragukan keyakinan beragama umatnya adalah kader atau agen orientalisme yang berhasil. Menyenangkan dunia Barat, tapi menggaduhkan masyarakat Muslim.
Dibaca ya silahkan dibaca saja. Tapi sebenarnya Muslim tak butuh studi-studi ttg Islam dari non Muslim atau dari tradisi non Muslim, itu silahkan buat kepentingan mereka saja. Atau untuk kepentingan studi sosiologis yang objektif tentang masyarakat Muslim, bukan studi ushuluddin alias yang prinsip mengenai keimanan dan keyakinan. Untuk yang ini, Muslim tak butuh seperti halnya orang Kristen yang ragu dgn agamanya kemudian membutuhkan perspektif Islam/Muslim ttg Kristen yang kemudian banyak membuat Kristen jadi mualaf.
Bagi Muslim belajar ajaran Islam yang bermanfaat adalah berguru dari para ulama, manfaat ilmunya akan berdimensi dunia akhirat. Wallahu a'lam.
Moeflih H. Hart
(Dosen UIN SGD Bandung, Sejarawan Islam)