NABI TIDAK UMMI?
Oleh: Muhammad Nuruddin
Setiap mendengar ceramah Mun'im Sirry, nyaris saya tidak menemukan ceramah yang tidak menyimpan masalah. Dalam beberapa menit yang lalu, masih terkait ceramahnya di UIN Jogja, saya menyimak kembali perkataannya yang aneh. Dia katakan bahwa pandangan yang menyebut nabi sebagai sosok yang ummi (tidak membaca dan menulis) itu katanya sudah dipersoalkan oleh banyak sarjana.
Dalam hati saya bergumam, so what, Mun'im? Kalau dipersoalkan emang kenapa? Apakah sesuatu yang dipersolakan itu otomatis menjadi terbatalkan? Ya nggak dong. Semua harus berlandaskan bukti. Fakta bahwa ada sarjana Barat yang mempersoalkan ke-ummi-an nabi ya tidak lantas membatalkan ke-ummi-an nabi itu sendiri. Kalau klaim Anda mau dipandang ilmiah, ya Anda harus mendatangkan bukti itu.
Dan Anda tahu apa alasan yang dia kemukakan? Mengutip penelitian Ahmad al-Jallad, sekarang itu, katanya, sudah banyak ditemukan inskripsi yang menunjukkan bahwa tradisi menulis itu sudah ada sejak zaman Jahiliyyah. Dan lagi-lagi dahi saya pun kembali mengkerut, "lalu apa hubungannya antara data inskripsi itu dengan pembatalan ke-ummi-an nabi?"
Mun'im telah menampilkan loncatan kesimpulan yang terlalu jauh. Anggaplah benar bahwa data yang dia sampaikan itu tepat. Bahwa ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa tradisi menulis itu sudah ada sejak zaman Jahiliyyah dulu. Tapi ingat, untuk membatalkan klaim ke-ummi-an nabi, Anda itu harus membuktikan bahwa tulisan itu memang buatan nabi sendiri!
Maksud saya, fakta bahwa tradisi tulis menulis itu sudah ada sejak zaman nabi itu tidak serta merta bisa menafikan ke-ummi-an nabi. Adanya orang Arab yang bisa menulis itu satu hal. Ke-ummi-an nabi itu hal yang lain lagi. Tapi itulah Mun'im. Mudah terpukau dengan hal-hal baru. Tapi sering tidak cermat dalam menarik sebuah kesimpulan.
Di sisi lain, Mun'im ini tampaknya tidak teliti dalam memotret pandangan yang dia kritik. Fakta bahwa tulis menulis sudah ada sejak zaman Jahiliyyah itu bukan sesuatu yang kita ingkari. Siapa yang bilang bahwa semua orang Arab di zaman nabi itu buta huruf? Setahu saya nggak ada. Ulama Muslim nggak bilang semua orang Arab itu buta huruf kok.
Yang dikatakan oleh para ulama adalah, orang-orang dulu itu lebih mengandalkan hafalan ketimbang tulisan. Yang bisa nulis pasti ada. Tapi mereka lebih mengandalkan hafalan ketimbang tulisan. Walhasil, merujuk pada inskripsi yang membuktikan adanya tradisi menulis, demi membatalkan ke-ummi-an nabi, adalah contoh yang bagus dari reasoning yang tidak nyambung.
Pembatalan itu bisa diterima kalau Anda bisa membuktikan secara pasti dan meyakinkan bahwa tulisan-tulisan yang menjadi temuan itu terbukti sebagai tulisan nabi. Masalahnya, dia sendiri tidak mendatangkan bukti itu. Kalau klaim itu dipersoalkan oleh sejumlah sarjana, lalu masalahnya apa? Nama sarjananya siapa? Buktinya apa? Dia nggak menjelaskan itu.
Anda menyatakan bahwa klaim ke-ummi-an nabi itu dipersoalkan oleh para sarjana. Lalu bagaimana dengan ayat al-Quran yang mengafirmasi ke-ummi-an itu? Dalam al-Quran ditegaskan:
وَمَا كُنْتَ تَتْلُوْا مِنْ قَبْلِهٖ مِنْ كِتٰبٍ وَّلَا تَخُطُّهٗ بِيَمِيْنِكَ اِذًا لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُوْنَ
“Engkau (Nabi Muhammad) tidak pernah membaca suatu kitab pun sebelumnya (Al-Qur’an) dan tidak (pula) menuliskannya dengan tangan kananmu. Sekiranya (engkau pernah membaca dan menulis,) niscaya orang-orang yang mengingkarinya ragu (bahwa ia dari Allah).” (QS. Al-Ankabut [29]: 48).
Fakta ke-ummi-an nabi itu adalah unsur penting untuk membuktikan keilahian al-Quran. Nabi itu tidak membaca dan menulis. Tapi kok bisa mendatangkan suatu kitab yang mengundang decak kagum masyarakat dunia? Bicara tentang kisah-kisah masa lampau, Tuhan, sorga, neraka, dan lain-lain. Dengan gaya bahasa yang tidak bisa ditandingi oleh manusia manapun.
Kalau manusia terbukti tidak ada yang bisa menandingi, tidakkah itu menjadi bukti bahwa apa yang diterimanya merupakan kalam Ilahi? Kalau Anda kurang puas dengan jawaban ini, dan ingin menyimak argumen yang lain, uraian lebih detailnya sudah saya paparkan dalam buku "Membuktikan al-Quran sebagai Kalam Ilahi". Demikian. Wallahu 'alam.(*)