Muhammad Ayad, Anak Kecil Pakistan Yang IQ-nya Melebihi Einstein dan Hawking

[PORTAL-ISLAM.ID]  Masya Allah. Seorang anak kecil Pakistan yang berbakat, Muhammad Ayad, berusia 3,9 tahun, telah menunjukkan tingkat IQ yang luar biasa, dengan mencetak 195 poin yang mencengangkan.

IQ anak kecil ini yang mencapai 195 melampaui angka-angka terkenal seperti Stephen Hawking dan Albert Einstein

Stephen Hawking memiliki IQ 160. Meski Albert Einstein tidak pernah mengikuti tes tersebut, namun IQ-nya diperkirakan 160.

Pakistan memang dikenal melahirkan orang-orang jenius, seperti Fisikawan Pakistan Abdus Salam yang meraih penghargaan Nobel dalam bidang fisika pada 1979.

Abdus Salam merupakan salah seorang ilmuwan berkaliber internasional yang meraih Penghargaan Nobel pada 1979. Tokoh kebanggaan Pakistan ini berjasa dalam bidang fisika, khususnya terkait pengembangan teori elektromagnetik. Kecerdasan dan kegigihannya menginspirasi banyak kalangan, terutama generasi muda Muslim.

Abdus Salam berhasil meraih gelar doktor dalam usia yang sangat muda, 25 tahun. Prestasinya itu kian moncer karena diperolehnya dari salah satu kampus paling bergengsi di dunia, yakni Universitas Cambridge di Inggris. Sejak remaja, dirinya telah menekuni fisika teoretis.

Dua tahun sebelum mendapatkan gelar doktor, Abdus Salam juga menerima penghargaan Smith Prize dari universitas tempatnya belajar. Selain itu, antara tahun 1957-1982, ia dianugerahi gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa) dari berbagai universitas. Sebab, dirinya dinilai berkontribusi besar dalam dunia ilmu pengetahuan.

Di sepanjang kariernya sebagai ilmuwan dan akademisi, Abdus Salam telah menerima banyak penghargaan. Beberapa di antaranya adalah Adam's Prize Award dari Universitas Cambridge pada 1958 dan Royal Medal dari Royal Society London pada 1978. Selain itu, namanya tercatat sebagai anggota dalam pelbagai komunitas ilmuwan yang prestisius. Sebut saja, Akademi Tiberina di Roma pada 1979; Masyarakat Fisika Korea pada 1979; Akademi Ilmu Pengetahuan, Kesenian, dan Kemanusiaan Eropa di Paris pada 1980; dan Akademi Ilmu Pengetahuan Lisbon pada 1981.

Hingga tahun 1993, Abdus Salam menjadi guru besar fisika teoretis pada Imperial College of Science and Technology di London. Dalam periode yang sama, ia pun menjabat sebagai direktur International Centre for Theoretical Physics di Trieste, Italia. Salah satu tugasnya adalah kaderisasi ilmuwan-ilmuwan muda yang berasal dari negara-negara Dunia Ketiga.

Semoga Muhammad Ayad mengikuti jejak prestasi Abdus Salam meraih Nobel.

Baca juga :