Oleh: Erizal
Menurut Anies, pembicaraan sudah melampaui hingga Februari 2024. Artinya, bukan lagi sekadar Oktober-November sebagai hari pendaftaran; bukan teknis siapa pendamping, melainkan sudah teknis pemenangan. Artinya, koalisi ini sudah siap berangkat dan bertarung.
Rumor Ganjar-Anies yang diusung PDIP, PPP, dan NasDem. Atau diusung PPP, Demokrat, dan PKS, yang disebut Sandiaga Uno, terbantahkan. Artinya, Anies akan tetap maju sebagai Capres, bukan Cawapres. Koalisi Anies, NasDem, PKS, dan Demokrat, tetap solid, bahkan makin solid.
Kendati Anies selalu ditempatkan pada posisi ketiga dalam setiap publikasi hasil survei dari berbagai lembaga survei, tapi itu tak otomatis menutup peluang Anies untuk memenangkan kompetisi. Bukan mustahil Anies menjadi kuda hitam. Unggul. Sampai lebih dulu di garis finis.
Apalagi dua kandidat lain, yakni Prabowo dan Ganjar, terlihat makin meruncing. Dua kandidat dari koalisi pemerintahan ini saling serang dan berebut restu Presiden Jokowi. Belum tentu juga koalisi besar Prabowo dengan 4 partai besar, akan solid sampai pendaftaran ke KPU.
Kalau salah satu, PKB misalnya, pindah ke koalisi Ganjar, maka kekuatan akan semakin merata. Sang Kuda Hitam, pastilah akan mendapat tenaga baru untuk terus berlari menuju garis finis. Survei-survei yang sudah dipublikasikan bukanlah bersifat tetap.
Jadi, belum ada yang final. Mood publik masih melayang-layang di antara 3 kandidat tersebut. Survei tetaplah survei. Bukan hasil. Skenario 2 pasang, memang tak mudah. King maker pada masing² kandidat, punya pengalaman relatif sama. Karena itu, cuaca politik tak hanya bisa berubah, tapi juga bisa berbalik.
(27/8/2023)