Penghargaan Semu
Oleh: Munir Timur
Netizen berpendapat, penghargaan untuk Ganjar itu bak air dari panci dituangkan ke periuk. Tentu saja periuk dan panci adalah teman sejawat. Sama-sama alat dapur.
Yang endorse Ganjar sebagai Capres presiden aktif Jokowi, lalu yang beri award ke Ganjar anak buah Jokowi pula. Apa yang bae?
Itu pendapat netizen. Salah? Tidak juga. Mau bilang netizen subjektif--juga belum tentu. Para filsuf berkata, "objektivitas adalah subjektif yang diterima." Sebab itulah pendapat netizen perlu dipertimbangkan sebaik mungkin.
Lantas, apa yang perlu dibanggakan berlebihan dari penghargaan untuk Ganjar? Output dari suatu kinerja pemerintahan tak dilihat dari secarik kertas yang diteken anak buah presiden. Tapi dari capaian-capaian terukur ekonomi daerah.
Dalam beberapa aspek, Jawa Tengah ditangan Ganjar tak memperlihatkan perubahan yang akseleratif. Biasa saja tuh..
Misalnya, dari perkembangan kapasitas fiskal daerah (lihat tabelk di atas), ternyata Indeks Kapasitas Fiskal Daerah (IKFD) Jateng itu sedang aja. Bukan sangat tinggi.
Beda lah dengan DKI Jakarta yang IKFD-nya sangat tinggi; juga Jawa Barat.
IKFD yang tinggi membuat ekspansi fiskal daerah lebih baik.
Lah, bagimana mau ekspansi belanja untuk kesejahteraan masyarakat Jateng, wong kapasitas fiskal daerahnya terbatas. Terkecuali IKFD Jateng itu tinggi seperti DKI/Jabar.
Itu artinya kinerja Pemprov Jateng di tangan Ganjar 2 periode, dalam meng-create ekonomi daerah, tak mampu mengakselerasi PAD (Pendapatan Asli Daerah).
Kan logikanya begitu, kalau PAD tinggi, maka ruang fiskal daerah terbuka dan feasible untuk belanja daerah untuk program-program pro rakyat.
Ini baru satu aspek. Itu saja kinerja Pemprov Jateng di tangan Ganjar biasa-biasa saja. Lain hal kalau luar biasa. Baru patutlah dia dipuji setinggi langit.
Tapi sudahlah. Kalau memang penghargaan itu bisa bikin kalian seneng. Nikmatilah bang. Bagi rakyat yang melek soal ouput dari kinerja, dia bisa mengukur, apa betul kinerja Ganjar 2 periode itu luar biasa. Atau biasa-biasa saja. Pakai "Tuh !"
Salam perubahan ! Merdeka !
(*)