Sudah banyak pernyataan Ibu Megawati yang sangat kontroversial. Bahkan cenderung mengandung penistaan agama

Oleh: Ustadz Abrar Rifai

Sudah banyak pernyataan Ibu Megawati Soekarno Putri yang sangat kontroversial. Bahkan cenderung mengandung penistaan agama. Tapi, mana ada orang yang berani mengusik ibunda Puan Maharani itu.

Dulu pernah ia menyebut orang yang percaya akan ada kehidupan setelah kematian, sebagai peramal masa depan. 

Dengan sinis Megawati menyebut bahwa orang-orang yang meyakini kehidupan akhirat sebagai peramal masa depan, karena belum pernah pergi ke sana. 

Lebih jauh lagi, ketua umum PDIP tersebut menyebut kita sebagai penganut ideologi tertutup. (lihat arsip berita Tempo

Entah, tertutup bagaimana maksudnya? 

Padahal kita orang Islam, lebih khusus lagi para ulama telah ribuan tahun menyampaikan agama ini dengan terbuka. Tidak ada yang ditutupi. Tentu berdasar keimanan yang tidak semua bisa dihadirkan secara kasat mata dan kongkrit. 

Namanya saja agama, percaya kepada yang ghaib itu adalah ciri agama. Ada banyak yang kita imani, tak bisa semuanya dijangkau dengan akal. Tapi bukan berarti tertutup, karena kita mengemukakannya secara terbuka. 

Megawati juga menyebut bahwa ideologi semacam ini sebagai anti persatuan, anti kebhinekaan. Padahal kalau mau jujur, siapa yang merawat persatuan dan kebhinekaan Indonesia selama puluhan tahun? Tiada lain dan tiada bukan, adalah ummat Islam! 

Siapa yang dengan sukarela mengintegrasikan wilayah kekuasaannya kepada NKRI? Adalah para sultan dari kerajaan-kerajaan Islam yang kala itu mayoritas di Nusantara! 

Jadi, semua apa yang disampaikan Megawati pada tahun 2017 itu sama sekali tidak mengandung kebenaran. 

Kali ini Megawati kembali berulah, bahwa para ibu-ibu yang rajin ikut pengajian sebagai orang tua yang lalai merawat anak. Sehingga karenanya Megawati menyayangkan para ibu yang suka pengajian. 

Padahal justru dengan rajin ikut pengajian itu, ibu-ibu belajar untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya dan belajar menjadi istri yang baik bagi suaminya. 

Ada lagi pernyataan lainnya yang mengusik para tukang bakso, dan entah apalagi. 

Sebagai orang yang pernah menjabat presiden, anak sang proklamator kemerdekaan dan sampai sekarang menjabat sebagai ketua umum partai terbesar di Indonesia, kita sungguh menyayangkan berbagai kontroversi pernyataan Megawati. 

Sebagai ketua umum partai penguasa saat ini, sebanyak apapun laporan yang disampaikan ke Polisi, rasa-rasanya tidak akan pernah digubris. 

Maka, karenanya, baiknya kita damaikan saja pernyataan Megawati, sebagai satu anomali bahwa di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam, justru pemimpin partai terbesarnya rajin memberikan pernyataan yang melawan arus keyakinan rakyat mayoritas. 

Sebagai muslim yang beriman sepenuhnya kepada akhirat, kita tetap saja menggenggam keyakinan tersebut hingga kelak masing-masing kita akan membuktikan keimanan masing-masing. 

Kawan-kawan para penjual bakso, teruslah bahagia dengan profesi mulia ini. Sebab mayoritas orang Indonesia pun menyukai bakso, karenanya para tukang bakso adalah orang-orang yang sanggup memenuhi kesukaan orang Indonesia. 

Sebagai ibu-ibu yang suka pengajian, teruslah ikut pengajian. Tak kira mau ikut pengajian mana, ada Kiai Anwar Zahid, ada Ustadz Adi Hidayat, ada Gus Baha, ada Ustadz Abdus Shomad dan lain sebagainya. 

Sebab pengajian adalah nutrisi jiwa yang akan menjadi pelengkap bagi anak-anak kita setelah nutrisi raga mereka tercukupi. 

(*)
Baca juga :