Bondowoso Dan Syiah

Bondowoso Dan Syiah

Oleh: Ustadz Abrar Rifai (Pengajar Ponpes Babul Khairat)

Kalau ada yang menyebut Bondowoso sebagai basis Syiah, ini lebay. Tapi kalau membantah bahwa di Bondowoso banyak Syiah itu juga terlalu abai. 

Kebetulan beberapa bulan terakhir ini saya sering berkunjung ke Bondowoso. Ada beberapa santri Babul Khairat asal Bondowoso yang menikah. Kebetulan mereka dekat dengan saya, jadi saya berupaya hadir. 

Di samping menghadiri undangan pernikahan, di Bondowoso juga ada beberapa urusan yang membawa saya untuk hadir secara fisik ke kota di kaki Gunung Ijen tersebut. 

Roof top tent (tenda atas mobil) yang saya pakai dengan gaya di atas mobil itu, adalah produk asli Bondowoso. Namanya Hunay. Konon Hunay adalah merk roof top tent terbaik untuk produk serupa buatan lokal. 
Saya sudah dua kali pakai merk Hunay. Dan memang terbukti, bagus dan berkualitas, dengan harga yang kompetitif. 

Bondowoso disebut kota mati. Karena secara geografis terletak bukan di jalur lalu lintas padat seperti Situbondo dan Jember, yang masing-masing merupakan jalur jurusan Bali-Surabaya serta kawasan lain di Pulau Jawa. 

Adapun Bondowoso, kota ini terjepit di antara Jember dan Situbondo. Tak ada kendaraan yang melintas melainkan dari Jember ke Situbondo atau sebaliknya. 
Walau Bondowoso disebut sebagai kota mati, tapi sungguh orang-orang Bondowoso sangat kreatif. 

Kalau kita bicara tape, rasanya tak ada produksi tape massal lebih besar dari Bondowoso. Sehingga karenanya Bondowoso juta disebut kota tape. 

YouTube sebagai platform video terbesar di dunia, jelas menciptakan beragam industri yang menuntut kompetisi orang-orang sekarang. Inipun tak lepas dari perhatian anak-anak muda di Bondowoso. 

Di YouTube, sangat banyak kita temui berbagai video viral karya anak-anak Bondowoso. Kalau ada video drama singkat, berbahasa Indonesia dengan aksen Madura yang sangat kental, bisa dipastikan itu adalah anak-anak Bondowoso. 

Konten kreator banyak sekali di Bondowoso. Sampai-sampai di Bondowoso ada satu kampung yang nyaris semua penduduknya menjadi konten kreator. Hingga kemudian kampung tersebut dinamakan Kampung YouTuber

Silakan cari di belahan dunia manapun, tak akan kita temui kampung youtuber. Adanya hanya di Bondowoso! 

Roof top tent (rtt), tenda atas mobil yang sekarang menjadi trend di kalangan para campervan Indonesia, pun tak lepas dari perhatian orang Bondowoso. 

Adalah Yanuar Haris Pratama yang membuat RTT dengan merk Hunay, dengan produksi rata-rata tiga puluh hingga tujuh puluh unit perbulan. Rata-rata harga dengan berbagai variannya, adalah 12 Juta. 

Gunung Ijen, sebagai satu di antara kawasan yang menjadi jujugan wisata alam di Jawa Timur, sekarang pun sudah mulai mendapat perhatian dari Pemkab Bondowoso. 
Kemarin saya berkunjung ke sana. Saya dapati jalan-jalannya sudah beraspal bagus. Jaringan telekomunikasi, penerangan, penyediaan air, warung-warung dan berbagai infrastruktur lainnya sudah banyak dibangun. 

Walau sampai sejauh ini, harus diakui Bondowoso masih kalah banyak kalau dibandingkan dengan Pemkab Banyuwangi yang juga ikut mengurusi Gunung Ijen. 

Adapun Syiah, yang saya singgung di awal tulisan ini, memang harus diakui, ada komunitas di Bondowoso yang menjadi penganut ajaran menyimpang ini. 

Tapi tetap saja masih juaaauh lebih banyak penganut Islam Sunni di Bondowoso dibandingkan Syiah. Tidak semua orang Arab asal Bondowoso itu Syiah!

Seperti misal Husein Ja'far Al Haddar yang belakangan viral, itu memang asli  Bondowoso. Tepatnya di kampung Arab. Apakah Husein Syiah? 

Ada sebagian orang yang mencibir dan bahkan melakukan seruan agar menjauhi Husein, hanya karena asumsi yang bersangkutan adalah penganut syiah. Konon karena keluarganya di Bondowoso adalah Syiah. 

Tapi bagi saya pribadi, selagi Husein pada ceramahnya atau tulisannya tidak ada yang mendakwahkan syiah, kita harus menerimanya sebagai kebaikan. 

Kalau pun misal ada hal yang didakwahkan Husein merupakan ajaran syiah, hanya pada bagian itulah kita harus menyanggahnya. Kita luruskan selurus-lurusnya!

Ada yang berujar, “Ah, dia itu kan taqiyah!” 

Nah, taqiyah ini menyembunyikan sesuatu di dalam hati. Dalam hati kan tidak kelihatan. Sedang Baginda Nabi --shallallahu 'alaihi wasallama-- telah memberikan penegasan, “Innama nahkumu bizhzhahir wallahu yatawalla assarair = sungguh kita hanya bisa menilai dari penampilan luar. Sedang yang tersembunyi di dalam hati, itu adalah urusan Allah!” 

(fb penulis)
Baca juga :