Arab, Kerajaan dan Al-Quran

Arab, Kerajaan dan Al-Quran

Oleh: Ustadz Ahmad Sarwat, Lc, MA

Ketika nabi SAW dilahirkan di Mekkah abad ketujuh Masehi, tidak pernah disebutkan kejadiannya di masa siapa yang jadi raja. 

Tahu sebabnya?

Ya, karena di Arab zaman segitu memang tidak ada kerajaan. 

Dan bangsa Arab bukan bagian dari suatu kerajaan tertentu. Bukan wilayah Romawi juga bukan wilayah Persia. 

Secara geografis wilayah Arab memang bukan di Romawi juga bukan di Persia, tapi di antara kedua kerajaan besar itu. 

Biasanya kalau ada wilayah seperti itu sudah jadi rebutan. Tapi nampaknya baik Romawi atau pun Persia santai-santai saja. 

Boleh jadi dua kerajaan besar itu tidak tertarik untuk menaklukkan wilayah gersang tanpa potensi kekayaan alam ataupun potensi lainnya. Sehingga dibiarkan saja penduduk gurun pasir Arabia tak tersentuh.

Kalau pun bangsa Arab punya komoditas yang berharga, mudah didapat dengan jalan jual-beli. Makanya pedagang Quraisy bebas berkeliaran blusukan ke berbagai kerajaan semata-mata untuk berdagang, tidak ada yang mengusiknya.

Dan begitulah, nampaknya bangsa Arab sendiri pun kurang tertarik meributkan urusan perpolitikan istana. 

Mereka tidak pernah peduli siapa yang jadi raja. Toh menjadi raja atau kerabat dalam istana bukan target hidup mereka juga. Apa saja isu terkini yang lagi hot di dalam lingkar istana, sama sekali bukan konsumsi mereka dan mereka pun tidak doyan juga membicarakannya.

Buat orang Arab kala itu, asalkan dagangan laris, jualan untung, perjalanan aman, duit ngumpul, sempurna sudah kehidupan. Jualan selesai, ya sudah balik lagi mereka menelusuri gurun pasir gersang, sambil nangkring di atas unta, melantunkan bait-bait syair pujangga mereka, kadang ditemani arak. 

Sama sekali tidak terpikirkan bahwa suatu hari kelak, mereka akan jadi pusat kekuatan dunia yang punya pengaruh besar hingga ke Romawi, Persia, Mesir, Yaman, India, China dan banyak kerajaan lain. 

oOo

Bukan hanya sebatas itu, bahkan bangsa Arab mendapat anugerah terbesar dalam sejarah peradaban bangsa-bangsa di dunia, yaitu lahir di tengah mereka seorang nabi utusan Allah SWT. 

Padahal selama ini bangsa Arab termasuk bangsa yang tidak pernah kenal nabi dengan risalah samawi. 

Buat mereka cukuplah mereka menyembah Allah, tuhan mereka. Adapun bagaimana cara menyembahnya, tidak perlu diatur-atur. Ekspresikan saja sesuai dengan imajinasi masing-masing, misalnya lewat perantaraan 360 patung berhala di Ka'bah. 

Mereka pun tidak pernah kenal kitab suci yang turun dari langit. Posisi mereka malah sebagai umat yang ummi, yang bukan sekedar tidak bisa baca tulis, namun sekalian juga tidak pernah membaca kitab suci samawi dan tidak kenal konsepnya.

Bagi mereka syair Imru'ul Qais jauh lebih indah ketimbang baca doktrin-doktrin hukum seperti dalam Taurat. Jiwa mereka yang sangat menggemari seni sastra kurang respek dengan model buku berisi berbagai macam aturan hidup.

Boleh jadi justru karena itulah maka Al-Quran diturunkan di tengah bangsa dengan level apresiasi amat tinggi dengan amat sangat menonjol sisi kesusastraannya. 

Bisa dipahami kalau Al-Quran turun untuk menandingi kekuatan sastra bangsa Arab. 

Dan rupanya kena sasaran. Meski masyarakat Quraisy pada dasarnya tidak mau mengimani isi Al-Quran, tapi mereka mengakui keunggulan sastra Al-Quran. 

Sering kita dapati riwayat bahwa para tokoh musyrikin Mekkah itu benar-benar menikmati bahasa Al-Quran. Mereka kafir pada isinya tapi menikmati sastranya. Unik sekali fenomena itu.

Tapi semua mereka lakukan dengan cara diam-diam, karena takut ketahuan anak buah dan masyarakatnya. Bisa jatuh gengsinya. 

Namun cahaya Al-Quran itu kalau sudah masuk ke hati sanubari memang akan bereaksi, mengalami masa inkubasi dengan durasi berbeda-beda, lalu satu per satu rontok nafsu angkara murkanya, bersih dadanya dan menyerahkan diri masuk Islam. 

Fenomena inilah yang dicermati oleh petinggi Quraisy, Al-Quran itu bukan sekedar sastra, tetapi semacam mantera sihir yang bisa menyihir orang. 

قَالُوا مَهْمَا تَأْتِنَا بِهِ مِنْ آيَةٍ لِتَسْحَرَنَا بِهَا فَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ

Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu". (QS. Al-Araf : 132)

أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَىٰ رَجُلٍ مِنْهُمْ أَنْ أَنْذِرِ النَّاسَ وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۗ قَالَ الْكَافِرُونَ إِنَّ هَٰذَا لَسَاحِرٌ مُبِينٌ

Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka: "Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka". Orang-orang kafir berkata: "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata". (QS. Yunus : 2)

فَلَمَّا جَاءَهُمُ الْحَقُّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا إِنَّ هَٰذَا لَسِحْرٌ مُبِينٌ

Dan tatkala telah datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya ini adalah sihir yang nyata". (QS. Yunus : 76)

oOo

Lain bangsa Arab, lain kita. Buat kita, Al-Quran itu pastilah kita imani dan kita benarkan. Cuma kan kita nggak paham isinya. 

Namun tetap ada kekuatan kasat mata setiap mendengar Al-Quran. Jadi mirip mirip sihir juga.

Oh ya?

Coba saja perhatikan, baru baca Quran sebentar, langsung ngantuk. 

Benar-benar dinikmati rupanya. Sebegitu merasuknya ayat-ayat itu ke sukma dan relung jiwa, tak berapa menit kontan langsung pulas dengan dengkur teramat keras.. 

Zzzz....zzzz....zzzz

[fb]
Baca juga :