Setengah Juta Rakyat Papua Teken Petisi, Panglima TNI Jangan Cuma Omdo

[PORTAL-ISLAM.ID]  Ratusan ribu rakyat Papua menolak perpanjangan otonomi khusus (Otsus). Mereka menyatakan ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Penolakan perpanjangan Otsus Papua disuarakan melalui Petisi Rakyat Papua. Sebanyak 102 organisasi mendukung petisi tersebut.

“Rakyat Papua dari hampir semua komponen di Papua telah mendukung Petisi penolakan Otsus. Mereka telah menyampaikannya lewat seminar, webinar, bahkan melalui aksi-aksi bahwa 19 tahun Otsus di West Papua gagal memberi perlindungan, keberpihakan dan pemberdayaan bagi orang Papua,” tegas Juru Bicara Petisi Rakyat Papua, Victor Yeimo.

Sejak diluncurkan 4 Juli 2020 lalu, dukungan petisi penolakan Otsus Papua dari berbagai komponen sudah mencapai setengah juta lebih.

Hingga 26 November 2020, sebanyak 520.261 rakyat Papua telah membubuhkan cap jarinya menolak Otsus di tanah Papua.

Petisi Rakyat Papua tidak hanya digalang di Indonesia tetapi juga di beberapa negara, seperti Papua New Guinea (PNG), Australia, dan Amerika Serikat.

Selain menggalang dukungan rakyat melalui petisi, kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) juga terus mengobarkan perlawanannya kepada aparat TNI dan Polri.

Pasukan OPM mengibarkan bendera Bintang Kejora di berbagai titik. Mereka juga membunuh dan melukai anggota TNI dan Polri yang bertugas di Papua.

Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto diingatkan tentang kondisi Papua saat ini. Panglima TNI diminta agar tidak hanya omong doang (omdo).

“NKRI Harga Mati! Di Papua, tekad itu benar-benar diuji. Eskalasi menuju 1/12 dengan peristiwa-peristiwa terakhir termasuk aksi kerumunan massa mereka yang kibarkan bendera bintang kejora dan 3 polisi terluka, harusnya disikapi serius,” kata Hidayat Nur Wahid melalui akun Twitter pribadinya, @hnurwahid, Sabtu (28/11).

Aparat seharusnya bertindak tegas kepada OPM yang terang-terangan ingin memisahkan diri dari NKRI. Terlebih kelompok ini sudah berulangkali membunuh anggota TNI dan Polri.

“Tapi kok untuk mereka malah hanya preventif, untuk baliho HRS malah represif?,” tanya Wakil Ketua MPR RI ini.

HNW menantikan suara lantang Panglima TNI, seperti ketika mengirimkan sinyal ‘perang’ kepada Imam Besar FPI, Habib Rizieq Shihab (HRS).

“OPM sudah berkerumun, kibarkan bintang kejora, teriakkan Papua Merdeka, keluar dari NKRI, tapi Rakyat Indonesia belum mendengar pernyataan lantang dari Panglima TNI; selamatkan NKRI! kalahkan ancaman perang yang nyata dari OPM! NKRI Harga Mati, Panglima. Rakyat dukung TNI atasi OPM!,” tandas HNW.

Sebelumnya, video Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang didampingi 5 jenderal TNI, viral di media sosial.

mengumpulkan lima komandan pasukan khusus di lingkungan TNI di Mabes TNI, Cilangkap

Dalam video tersebut, Hadi menegaskan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan dalam menjaga stabilitas nasional.

“Untuk itu jangan kita biarkan persatuan dan kesatuan bangsa itu hilang, atau dikaburkan oleh provokasi dan ambisi yang dibungkuus dengan berbagai identitas,” kata Hadi dalam video tersebut.

Hadi menyatakan, seluruh prajurit TNI adalah alat utama pertahanan negara untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.

“Tidak satupun musuh yang dibiarkan, apalagi melakukan upaya-upaya berupa ancaman dan gangguan terhadap cita-cita luhur bangsa dan negara Indonesia,” tegas Panglima TNI.

“Ingat, siapa saja yang menganggu persatuan dan kesatuan bangsa akan berhadapan dengan TNI. Hidup TNI, NKRI harga mati,” tandas Hadi.[psid]
Baca juga :