SORE SEBERANG ISTANA, MEMBACA AYH-JKW


[PORTAL-ISLAM.ID] Di akun Twitter Zarra Zetira (kader Demokrat), saya coba memberikan pendapat terkait pertemuan AHY-JKW.

"Seharusnya tidak melakukan pertemuan dengan pihak sebelah sebelum penetapan pemenang dari KPU".

Kedekatan dengan menjalin pertemuan dengan pihak sebelah dari koalisi Prabowo-Sandi bisa dijadikan framing oleh kubu sebelah. Dan wajar apabila ada tuduhan bahwa Demokrat mulai berpaling.

Kita gak tau apa yang dibicarakan dalam pertemuan itu, kita juga gak memahami apa alasan Jokowi gak dampingi AHY konfrensi pers seusai bertemu. Semuanya sah-sah saja dalam berpendapat dan membaca bahasa tubuh dari 2 tokoh yang bertemu.

Politik itu memang kejam, 1 jam ini bisa berteman, 1 detik kemudian bisa bermusuhan dan saling membongkar kekurangan pada kubu lawan.

Kubu Jokowi memang masif menjalin komunikasi politik usai pencoblosan. Komunikasi politik ini gak biasa terjadi, dimana seharusnya komunikasi politik dilakukan setelah adanya penetapan pemenang pemilu versi KPU.

Awalnya PAN didekati kubu Jokowi, foto ketua PAN Zulkifli Hasan dijadikan framing oleh TKN bahwa sudah ada arah pembicaraan politik. Namun pernyataan TKN langsung dibantah Ketum PAN sendiri.

Seusai PAN, seorang Luhut mencoba mendekati dengan kata penuh puji pada diri Prabowo, patriot, aset bangsa, bla bla. Ini termasuk sebuah rencana mereka, mencoba berkomunikasi dengan sesuatu yang berbentuk tawaran. Namun lagi-lagi usaha kubu sebelah bertepuk sebelah tangan, tim BPN menyatakan Prabowo tidak berniat bertemu utusan sebelah sampai penetapan KPU.

Kubu sebelah gak patah arang, Demokrat didekati. Dari keterangan Zarra Zetira kader Demokrat, pertemuan itu dimulai dengan Undangan dari kubu Jokowi pada Demokrat.

Kita tau sama tau, partai ini selalu ingin terlihat manis dihadapan semua orang, pencitraan Jokowi masih belum luar biasa jika dibandingkan dengan Demokrat. Kalau saya menilai mereka, partai ini memang partai yang paling TABAH di dunia.

Sepanjang Jokowi memimpin, mungkin gak terhitung lagi berapa kali SBY disalahkan oleh rezim Jokowi. Putusan Presidential Threshold 20% juga sudah menghancurkan ambisi mereka dalam memasukkan nama AHY sebagai calon potensial wakil presiden, jika ditarik lagi kebelakang, harusnya mereka tau siapa kelompok yang memusnahkan ambisi mereka itu.

Berkali-kali dipukul dan dibantai, gak membuat kubu Demokrat bersama SBY sakit hati pada Jokowi. Justru mereka selalu sumringah jika mendapatkan peranan yang ditawarkan oleh kubu sebelah, termasuk undangan pertemuan antara AHY dan Jokowi di istana.

Pertemuan ini merupakan skenario kubu sebelah dalam upaya menghancurkan koalisi Prabowo. Penolakan Prabowo bertemu Luhut membuat mereka perlu memainkan strategi merayu partai koalisi lanjutan.

Dan Demokrat yang jadi sasaran.

Akan jadi indah bagi kubu sebelah, apabila partai koalisi Prabowo berpaling dan meninggalkan Prabowo sorang diri bersama PKS. Perjuangan 02 menggali kecurangan yang sudah dicanangkan akan mudah dihancurkan saat mereka tiada kawan.

Pertemuan partai bersama seorang pemimpin sangat lugu apabila dianggap sebagai silaturahmi biasa. Jangan polos lah.

Pastinya ada sebuah tawaran yang ditawarkan pada Demokrat. Sejauh apa yang telah Demokrat lakukan bersama BPN, saya masih percaya komitmen Demokrat tetap berada di koalisi Prabowo-Sandi.

Hari ini, Prabowo kembali akan kunjungi ibu Ani di Singapura. Dan jangan lugu juga menganggap kunjungan Prabowo hanya untuk melihat kondisi ibu Ani setelah perawatan kanker darahnya. Bukan sesederhana itu.

Kunjungan Prabowo selain ingin melihat kondisi ibu Ani, pasti terkait pertemuan AHY-JKW di istana. Seorang Prabowo ingin memastikan apa yang dibicarakan dan bagaimana langkah Demokrat setelah pertemuan.

Pastinya sudah ada komunikasi antara PS dan SBY melalui hubungan telpon. Berbicara melalui sambungan telp yang sarat penyadapan, tentu saja gak aman. Cara yang baik adalah berkunjung dan bicara di sana tanpa khawatir obrolan akan direkam mereka.

Terlalu cepat apabila kita menilai bahwa Demokrat sudah berpaling, atau akan bertahan.

Jangan terlalu cepat menghakimi Demokrat. Biarkan etika politik bicara dengan cara mereka. Tapi etika kita tetap dijaga. Terburu-buru hakimi Demokrat, itu juga gak baik. Sedikit banyaknya, mereka sudah banyak peranan di BPN.

Tunggu 2 hari lagi, setelah Prabowo berkunjung ke Singapura, maka kita akan tau langkah selanjutnya.

(Setiawan Budi)
Baca juga :