Guru Bangsa Rocky Gerung


Cendikiawan Rocky Gerung

Oleh: Kafil Yamin
(Wartawan)

Sejak kehadiran tetap Rocky Gerung [RG], ILC jadi lumayan enak ditonton, karena ILC tak lagi melulu menampilkan syahwat kesombongan, yang selalu bersamaan dengan nafsu merendahkan, menjatuhkan lawan. Pernyataan-pernyataan logis-bernas RG langsung mendevaluasi kesombongan dan kejumawaan peserta bicara menjadi rendah nilainya -- bahkan menjadi lucu.

Sangat tak gampang berdiskusi dengan orang yang sejak awal niatnya bukan untuk mencari kebenaran, tapi menang dan mengalahkan, kalau bisa bahkan menjatuhkan dan mempermalukan. Sebab yang timbul pasti debat kusir. Tapi RG menghadapi lawan-lawan debatnya dengan ketenangan, keajekkan logika luar biasa dan tentu saja kelugas-beranian. Yang terakhir ini adalah buah dari keajekkan logika -- kemerdekaan intelektual.

Tentu saja, banyak yang 'tertelanjangi' oleh kelugasannya dan menyerang: "Anda itu merasa pintar sendiri, sok tau,...sehingga bisa menilai orang dengan kacamata anda. Itu ga bener..."
"Yang bener?" jawab Rocky dengan tenang.
"Ya yang bener Anda bersikap fair!"
"Bersikap fair itu artinya pro-Jokowi?"
"Oh, engga.."
[aplus dan tawa penonton]

Meskipun si penyerang spontan mengatakan 'Oh engga'..tapi Rocky berhasil memperlihatkan kepada publik bahwa si penyerang tak punya pengertian jelas mengenai kata 'fair', yang dia haruskan itu -- hanya dengan bertanya singkat: "fair itu artinya pro-Jokowi?" Tanpa harus meninggikan suara, menunjuk-nunjuk. meninggikan diri.

RG menguasai teknik dan retorika perdebatan, terutama karena kekuatan pikirannya. Semakin dia diserang secara emosional, semakin dungu penyerangnya terlihat. Dan ini yang membuat perdebatan dengannya layak tonton.

"Diksimu kan dungu! dunggu! Sekarang kau berhadapan dengan saya!" Kata Ali Mochtar Ngabalin.
"Jadi pendapatmu?" kata Rocky, tenang.
"Ya kau harus perbaiki otakmu," bentak Ngabalin [ungkapan emosi, bukan pikiran]

RG kemudian dikasih waktu 10 menit oleh moderator.
"Dari sepuluh menit, saya akan pake 7 menit. Yang tiga menit subsidi untuk otaknya si Ngabalin.."

Gerung sekali-kali garang.

Kemudian dia bicara rinci, jelas, dan di beberapa bagian menonjok, tentu saja lebih dari 7 menit, tapi psikologi penonton sudah terbentuk bahwa dia bicara tak lebih dari tujuh menit. Hanya sadar kalo menengok jam, itu sulit karena si penyimak harus mendengarkan uraiannya."

Itu kiat komunikasi. Di ILC, kepiawaian seperti itu nyaris tak ada pada peserta lain. Dan di kalangan politisi, keahlian seperti itu sangat-sangat kurang. Presiden bisa dibilang nol dalam kemampuan ini. Ketidakmampuan berkomunikasi apalagi berretorika-logika pada pemimpin, menimbulkan dampak serius pada massa. Bahkan sebenarnya, kata 'pemimpin' sudah mencakup kemampuan berretorika-logika.

Orang hanya bisa punya kemampuan retorika-logika kalau sudah punya kemampuan dasar berbicara dan berkomunikasi -- mengucapkan kata-kata dengan benar. Mengerti setiap kata yang diucapkannya.

Semakin ke sini, RG semakin didengar. Suka atau tidak suka. Dan kita memang memerlukan cendikiawan yang lugas dan non-partisan sekaligus tontonan yang mencerdaskan. Tak apa memihak, tapi bukan karena bayaran atau iming-iming.

Kalau dulu status guru bangsa selalu dilekatkan kepada cendikiawan Muslim, seperti almarhum Nurcholish Majid, Abdurrahman Wahid [Gus Dur], sekarang tak salah kalau status itu disandang Bung Rocky Gerung -- Salah seorangnya.*** (fb)
Baca juga :