ISLAM POLITIK & KEPENTINGAN ELIT


ISLAM POLITIK DAN KEPENTINGAN ELIT

Anis Matta pernah ditanya oleh salah satu elit yang memiliki salah satu Kerajaan Bisnis terbesar di Indonesia.

“Nis, kita tau lah kita ini pendatang. Yang punya Indonesia itu umat Islam. Tapi gimana nasib kita ini jika Islam berkuasa?” tanya si Elit ini.

“Kita Bisnis bareng :),” jawab Anis Matta.

Potret Partai Politik atau Politisi Modern yang sukses itu adalah ketika dia bisa menjembatani antara Elit dan Masyarakat biasa. Dia bisa memfasilitasi kepentingan Elit dan juga sekaligus memfasilitasi kepentingan Masyarakat. Dan selanjutnya potret dari aktor Islam Politik modern yang sukses adalah: dia bisa memfasilitasi dua kepentingan itu dengan narasi besar Islam. Bukan hanya sekedar menjembatani saja.

Dalam pemaparannya dihadapan para elit di kediaman Abu Rizal Bakrie yang terpublikasi di banyak media, Anis Matta menyampaikan tentang komparasi antara Agama dan Negara. Mengapa Agama lebih besar dari Negara? Mengapa para Nabi lebih terkenal dari penguasa-penguasa? Jawaban beliau adalah: Karena Agama memperlakukan Manusia sebagai individu, sedangkan Negara tidak. Ada memang kalanya Negara memperlakukan Manusia sebagai individu, ketika si Manusia itu adalah penghasil pajak yang sangat besar (Seorang Elit), treatment nya tentu beda. Lalu beliau melanjutkan alasan mengapa Manusia tidak mau beragama? 2 alasan untuk orang biasa (cendrung tak punya) dan 2 alasan untuk para Elit, yang sebetulnya alasan itu dapat terjawab oleh Islam.

Ini menandakan bahwa Elit merupakan Aktor terpenting dalam perpolitikan, bahkan ada teori mengatakan bahwa Politik itu hanya permainan para Elit saja. Dalam redaksi-redaksi Kitab Suci pun banyak dikatakan terkait Politik yang kesemuanya adalah permainan Elit. Lalu bagaimana manusia terbaik sepanjang masa memandang terkait individu spesial (Elit) ini?

Nabi Muhammad SAW mengatakan orang elit nan hebat di masa jahiliyah juga akan menjadi orang elit di masa Islam. Seperti Khalid sang elit peperangan, juga menjadi elit peperangan di masa Islam. Atau Ustman dan Abdurrahman bin Auf, orang kaya di masa sebelum Islam dan setelah Islam bahkan bertambah kaya mereka. Itu untuk Elit-elit yang berhijrah kepada Islam, mereka masih tetap seorang Elit yang kepentingannya terfasilitasi.

Dan Nabi Muhammad sebagai aktor Politik pun memfasilitasi elit-elit Yahudi di Madinah dengan piagam Madinah yang melegenda. Kepentingan mereka terfasilitasi. Misalnya bunyi satu pasal dalam piagam Madinah tentang Yahudi: “Bahwa sesungguhnya Yahudi yang setia kepada (Negara) kita, berhak mendapatkan bantuan dan perlindungan, tidak boleh dikurangi haknya dan tidak boleh diasingkan dari pergaulan umum” atau dalam pasal yang lain “Kaum Yahudi adalah satu bangsa dengan warga beriman”. Kepentingan dan Hak mereka wajib dilindungi. Termasuk kepentingan dalam berbisnis dan berhubungan. Walaupun dalam sejarah mereka sendiri yang mengkhianati perjanjian-perjanjian itu.

Pendekatan kepada Elit tentu harus khusus, karena elit ini adalah pondasi utama dari Perpolitikan. Tanpa perlakuan Khusus pada elit, mungkin pencapaian Nabi dalam sejarah umat manusia tidak akan besar. Tapi perlakuan khusus ini bisa menjadikan Madinah takluk, Nabi mengirim orang terbaiknya (Mush’ab) ke Madinah. Dan kita bisa melihat treatment Mush’ab sang diplomat kepada elit-elit Madinah, membuat mereka legowo menyerahkan puncak kekuasaan kepada Nabi.

Di zaman modern ini, Elit pun harus diperlakukan khusus, karena memang mereka adalah orang yang khusus. Jangan malah menjadikan mereka sebagai Musuh yang Mutlak. Atau jika ada yang mendekati mereka malah di-cap sebagai antek-anteknya. Karena jika ingin mengelola Negara, kita harus menembus labirin panjang menuju para Elit ini. Berdialog dengan mereka. Ini juga yang dilakukan Erdogan, Abdullah Gül, Davutoglu cs untuk membesarkan AKP dan juga Turki. Menjembatani antara kepentingan Elit juga Masyarakat (Kesejahteraan). Dan masalah elit ini juga yang membuat Mursi jatuh dengan mudahnya di Mesir.

Aktor Islam Politik di masa depan haruslah belajar kepada AKP yang membuka dialog dan menjembatani berbagai macam kepentingam, dan juga harus belajar kepada Muslim Brotherhood di Mesir yang jatuh dengan mudahnya karena Esklusifitas.

Wallahu’alam.

Dzaif Taufik
(Putra (alm) mantan Sekjen PKS Taufik Ridlo)


Baca juga :