pelaku UMKM saat ini yang tersandera platform, di shopee misalnya....

Banyak pelaku UMKM saat ini yang tersandera platform, di shopee misalnya. 

Mereka berada di sana sebagai seller. Dari yang awalnya dapat banyak dukungan dan kemudahan, lama-lama jadi sapi perah. Seller kecil di toko oren nyaris tak bisa dapat laba. Margin terus tergerus oleh potongan admin dan brutalnya persaingan.

Dulu, bulan September 2019, saya bergabung sebagai merchant kuliner di platform grabfood dan gofood. Waktu itu saya buka resto dengan nama Ayam Bakar Krispi 4.0. Dari Oktober s/d Desember saya panen order. Banyak yang penasaran dan suka dengan menu-menu resto saya, terutama mahasiswa.

Bulan Januari 2020 euforia itu terganggu oleh kebijakan baru dari platform gofood. Platform itu menghapus segala promo, alias berhenti bakar uang. Biaya antar makanan hampir sebesar harga makanannya sendiri. Order dari situ pun lenyap. Benar-benar lenyap.

Resto saya masih tertolong oleh platform grabfood yang sejak awal memang jauh lebih ramai daripada gofood. Namun hanya sebulan. Bulan Februari si grabfood ini juga mengurangi promo secara signifikan. Order yang masuk pun sangat sedikit. 

Saya masih bertahan dengan kedua platform ini sampai bulan Mei 2020, nyaris tanpa hasil karena pandemi.

Sejak itu saya sadar bahwa platform semacam ini tidak bisa menjadi sandaran hidup. Saya mulai memutar otak, berupaya menemukan ide usaha yang relatif bebas dari ketergantungan pada platform.

Saya paham platform apapun ujung-ujungnya harus mengeruk keuntungan, atau istilahnya panen, untuk mengembalikan dana investor yang telah dikucurkan secara besar-besaran, plus laba sebanyak mungkin tentunya. Untuk itu siapa yang harus diperas?
Awalnya tentu saja konsumen yang sudah tergantung pada kepraktisan yang ditawarkan platform. Namun karena konsumen bisa bebas memilih, maka sasaran selanjutnya tentu saja merchant-merchant yang bergabung di situ. Sebab mereka tidak bebas memilih. Sebagian besar pelanggannya ada di situ, alias pasarnya sudah tergantung pada platform itu. 

Merchant-merchant itu kemudian menjadi sapi perah. Mereka 'dipaksa' kasih harga semurah mungkin agar bisa bersaing dengan sesama merchant. Usaha kuliner yang seharusnya masuk dalam kategori margin tebal pun beralih ke margin tipis. Owner bisa menutup biaya operasional saja sudah bersyukur.

Saya keluar dari belenggu platform ini di saat yang tepat. Lalu saya memilih jenis usaha yang tidak harus ikut platform apapun. Usaha itu adalah Sambel Uleg Saklek. Bukan jenis usaha yang menentukan, melainkan konsep usaha yang sejak awal sudah saya rencanakan.

Saya memilih menciptakan pasar untuk produk saya lewat medsos, sarana yang relatif tidak menjebak apalagi menyandera. Database pelanggan saya simpan dengan baik lantaran saya yakin suatu saat akan diperlukan.

Fenomena tersandera platform ini bukan hanya dialami oleh merchant kuliner, tapi juga banyak pedagang atau produsen lain yang bergabung di platform lain, terutama marketplace. Ya, seperti seller si Oren itu. Itulah mengapa sejak awal saya tidak berfokus ke marketplace. 

Saya menjadikan marketplace hanya sebagai fasilitas untuk memudahkan pelanggan saja. Sebab kadang ada pelanggan yang memilih membeli lewat marketplace. Tak pernah sekali pun saya ikut iklan berbayar, flash sale, atau program lainnya di marketplace manapun.

Apakah susah merintis pasar online di luar marketplace? Tentu saja susah. Tapi setahu saya yang namanya buka usaha sendiri itu memang seharusnya tidak mudah. Jadi ketika ada pihak yang 'memudahkan' kita, jangan heran jika kemudian kita juga mudah 'dijebak' agar tergantung padanya.

Pengalaman mengajarkan bahwa jalan yang awalnya mudah akan membawa kita menuju kesulitan pada akhirnya. Saya meyakini itu. Ketika kita memilih kemudahan di awal, maka kita akan mendapatkan kesulitan, bahkan kemustahilan di ujungnya.

(Tulisan ini saya ambil dari buku ketiga saya, Mindset Wirausaha, Melawan Paradigma Mainstream. Buku setebal 318 hal ini bisa Anda koleksi dengan harga 135 ribu. Ongkir free untuk pengiriman ke seluruh pulau Jawa. Pemesanan langsung ke saya via inbox atau di kolom komentar di bawah ini. Buku-buku saya tidak beredar di toko buku manapun.)

By Hengki

Baca juga :