*foto: Bandara internasional Shana'a dan armada Yemen Air yang hancur oleh serangan Israel.
Andai Yaman (Houtsiyun/Houthi) diam berpangku tangan dan tidak peduli dengan kondisi Gaza, kita tidak memiliki banyak alasan untuk mengecam mereka. Karena jarak Yaman dengan Gaza sangat jauh ada rentang jarak 2000-an kilometer antara Shana'a dan Tel Aviv. Yaman (secara militer, ekonomi) juga belum sekuat Mesir, Saudi, Turki, Yordania, negara-negara teluk dan negara-negara islam Sunni lain.
Tapi mereka (Houtsiyun/Houthi) tetap menyerang Israel dengan resiko hancur leburnya pelabuhan Hudaidah, bandara internasional Shana'a, maskapai Yemen Air, dan tempat-tempat strategis lain seperti yang kita saksikan.
Untuk apa coba Houthi menyerang Israel? solidaritas sesama muslim? Banyak orang bilang; bukan. Houtsi nyerang Israel cuma main-main doang, paling juga nuruti majikannya di Teheran (Iran). Itu semua gimmick untuk merebut hati kaum Sunni. Ok, bisa jadi.
Tapi kenapa negara-negara Sunni tidak sekalian ikut bersandiwara dengan menyerang Tel Aviv bareng satu atau dua kali saja demi merebut hati rakyat-rakyatnya?
Bukankah ini sebuah gimmick dan sandiwara yang bagus untuk pencitraan?
Atau memang tugas kita yang sangat mulia saat ini adalah memandang sinis aksi Iran dan proxinya, mengolok-ngolok serangan mereka yang seringkali tidak mencapai target yang diharapkan dan menuntut Iran untuk serius melenyapkan Israel?
Ini memalukan kawan!
Harusnya kita mendesak dan menuntut penguasa kita yang Sunni untuk bergerak mengepung Israel dan mengultimatum mereka.
Kalaupun bukan untuk berperang ya minimal untuk memaksakan bantuan bisa masuk ke Jalur Gaza yang mati kelaparan.
Ah jangan-jangan kita sudah pasrah menjadi buih.
(Taufik M Yusuf Njong)