Tanggapan Menarik Asyari Usman atas Langkah PKS Mendukung Bobby

PKS Akhirnya Mendukung Dinasti Jokowi di Pilgub Sumut

Oleh Asyari Usman

Di luar nalar dan sangat mengejutkan, PKS akhirnya mengusung Bobby Nasution (BN) —menantu Jokowi— untuk pemilihan gubernur (pilgub) Sumatera Utara (Sumut). Keputusan ini diumumkan kemarin di kantor DPP PKS di Jakarta

Pengusungan Bobby disambut dengan celaan keras  dari para kader dan simpatisan PKS. Malam tadi, para simpatisan melepaskan rasa kesal dan jijik mereka terhadap langkah partai warna oren itu. Ada yang mengatakan mereka menyesal memberikan suara kepada PKS dalam pemilu baru lalu. Dan ada yang bersumpah tidak akan pernah lagi mendukung PKS.

Ketua DPW PKS Sumut Dr Usman Ja’far mengatakan partainya tidak punya pilihan di tengah percaturan di Sumut yang memang tidak ideal saat ini. “Tak terelakkan,” kata Usman tentang pengusungan Bobby itu. Dia membantah tuduhan bahwa langkah mengusung Bobby itu diambil karena imbalan uang. 

Usman Ja’far yakin masyarakat dapat memahami keputusan PKS itu. Dia juga menegaskan bahwa pimpinan PKS siap menerima konsekuensi yang akan terjadi.

Benarkah PKS tidak bisa menghindari pengusungan Bobby? Ini sangat “debatable” alias “bisa diperdebatkan”.

Pertama, memang ada ketentuan UU Pemilu No 7/2017 pasal 235 ayat 5 yang menyebutkan sanksi berupa larangan tidak boleh ikut pemilu berikutnya kalau sebuah partai tidak mengusung calon presiden atau kepala daerah. Tetapi, dalam Pilgubsu 2024 ini, PKS lebih mudah berurusan dengan konstituennya dengan memilih sanksi tak ikut pemilu ketimbang melukai hati masyarakat yang sudah sangat jijik dengan dinasti Jokowi. 

(*Koreksi: poin pertama tulisan Asyari Usman ini keliru. Yg benar: Partai Boleh Tidak Mengusung Calon di Pilkada dan Tidak ada sanksi. Yang tidak boleh adalah Partai tidak mengusung Calon di Pilpres dan ada sanksi. Jadi, sebenarnya PKS bisa abstain di Pilgub Sumut https://www.cnnindonesia.com/nasional/20240703033446-617-1116888/partai-boleh-tidak-mengusung-calon-kepala-daerah-di-pilkada-2024
Kedua, PKS akan lebih mudah menjelaskan kepada publik kalau mereka harus berkoalisi dengan PDIP yang hampir pasti mengusung Edy Rahmayadi. Memang terbuka sekali kekungkinan PDIP tidak mencalonkan ER sehingga PKS menjadi serba salah juga. Namun, serba salah karena tidak mengusung Bobby jauh lebih mudah menjekaskannya ketimbang keputusan mendukung dinasti Jokowi seperti yang dilakukan PKS sekrang ini. 

Ketiga, PKS seharusnya sejak awal memunculkan calon ketiga. Betul, tidak mudah mencari teman koalisi. Sebab, Bobby sudah duluan memborong Gerindra, Golkar, Demokrat, Nasdem, PKB dan PAN dengan total 62 kursi DPRD Sumut. Tetapi, kalau PKS berusaha sekuat tenaga mengajak satu-dua partai yang sudah mengusung Bobby untuk memunculkan calon alternatif namun gagal, ini bisa dijelaskan secara terbuka kepada publik bahwa PKS sudah melakukan upaya maksimum untuk menghindari Bobby tetapi tidak berhasil. 

Sayangnya PKS tidak melakukan upaya untuk merintis jalan sendiri. Yang terlihat adalah PKS malah antusias ingin mengekor Bobby.

Ada bocoran menarik tentang antusias itu. Disebutkan bahwa sejumlah kader senior PKS di Sumut mendorong kuat pengusungan Bobby. “Mereka memang tidak sudi mendukung Pak Edy,” ujar sumber kami. Para kader itu, kata sumber kami lagi, memang ‘nge-fans’ berat ke Bobby.

Bagaimana ke depannya? Pertanyaan ini sangat menarik. Dan juga mendebarkan. PKS pastilah paham suasana psikologis publik yang sudah sangat muak dengan keluarga Jokowi, termasuk Bobby Nasution. Tidak berlebihan kalau diprediksikan PKS akan kehilangan dukungan dalam jumlah signifikan. Ini yang pertama.

Yang kedua, PKS akan dihujat terus dalam waktu-waktu mendatang ini, terutama di media sosial. Serangan di medsos diperkirakan akan mendegradasi citra PKS yang selama ini sangat dihormati publik karena dinilai teguh melawan kezaliman rezim.

Hari ini tampaknya ludahan terlunak terhadap partai dakwah ini akan berbunyi: PKS akhirnya mendukung dinasti Jokowi.

3 Agustus 2024
(Jurnalis Senior Freedom News)

Baca juga :