Presiden Kami
Oleh: Ustadz Budi Ashari
Tatapan matanya tajam. Pembicaraan dengan struktur runtut. Tak ada getar dan ragu sedikit pun. Kepedulian tanpa basa-basi. Pengorbanan yang tak hanya ada di retorika. Wajah yang menyatukan antara kelembutan, ketenangan dan ketegasan. Kemarahan yang tidak merusak persaudaraan. Singa kepemimpinan. Lawan yang melihat akan tertunduk, kawan yang mendengar akan semakin cinta. Tak kecewa yang memberinya kepercayaan, tak rugi yang menitipkan ketaatan. Dan...
Al Quran adalah kosa katanya. Tak terpisah di aliran darah dan hembusan nafasnya. Sentuhan tadabburnya menandakan ia tak terpisah dari wahyu Robbnya.
Ismail Haniyya حفظه الله تعالى ورعاه رعاية الشهداء والصالحين, mujahid siyasi asli Gaza. Menjadi perdana menteri Palestina tahun 2006 setelah Hamas menang secara telak dalam pemilu yang diadakan. Tapi diturunkan oleh kaum munafikin. Lulusan sastra Arab Universitas Islam Gaza itu kini menjadi kepala biro politik Hamas setelah dipilih tahun 2017. Di usianya sekarang tepat 60 tahun, Ismail Haniyya adalah orang yang masih terus konsisten di jalan jihad dan dakwah.
Persatuan Dunia Ulama Muslimin mengadakan pertemuan tanggal 6-11 Januari 2024 merespon keadaan yang tengah terjadi di Gaza dengan tema: Badai Al Aqsha dan peran umat. Dengan semboyan: Kita tegakkan agama kita, kita bangkit bersama umat kita dan kita bela tempat-tempat suci kita.
Di antara pembicara utama di pertemuan itu adalah DR. Ismail Haniyya. Dalam tayangan Al Jazeera orasi Ismail Haniyya berdurasi 40 menit.
Karena ini bukan sebatas orasi. Bukan pula sambutan tanpa rasa dan tenaga. Ini pemimpin yang bicara dengan hati yang menyertai akal dan amal. Maka saya merasa sangat amat perlu untuk meringkaskannya.
👇👇
Ismail Haniyyah membuka pidatonya dengan keutamaan syahid di jalan jihad,
"Tidak mengherankan kalau kebanyakan sahabat Nabi dikuburkan di luar Mekah, di luar Madinah dan mungkin di luar Jazirah Arab. Karena mereka memimpin futuhat (penaklukan wilayah) dan mereka panglima jihad....
Ulama adalah tinta dan darah. Dulu dan kini."
Di hadapan para ulama yang datang dari berbagai dunia, Ismail Haniyya menyampaikan beberapa poin.
Pertama, Mengapa "Thufan/Badai Al Aqsha" ini terjadi?
Karena ada tiga perkembangan yang terjadi sebelumnya. Yaitu:
1- Marjinalisasi tema Palestina di level internasional. Mereka menganggap bahwa permasalahan Palestina adalah permasalahan internal Israel.
2- Di tengah masyarakat zionis muncul pemerintahan bahaya dan radikal secara agama ataupun negara. Salah satu target terbesarnya adalah menuntaskan perang Al Quds, Al Aqsha, meyahudikan Tepi Barat dan terus mengepung Gaza bahkan mereka berencana memindahkan rakyat kami dari Tepi Barat ke Yordania dan dari Gaza ke Mesir. Dan mereka mulai menjalankan perencanaan mereka ini. Gaza sendiri telah mereka kurung selama 17 tahun.
3- Yang ketiga ini berbahaya yaitu politik di belakang garis; berupa normalisasi dan menggabungkan Israel menjadi bagian di regional ini, memperlakukan mereka sebagai kekuatan legal dengan mengorbankan permasalahan Palestina, hak-hak dan tsawabit. Dengan klaim membangun perdamaian regional. Gerbong normalisasi ini sudah sampai di berbagai ibu kota penting di wilayah regional.
Maka untuk menghadapi hal-hal tersebut tidak bisa menggunakan cara yang biasa, klasik dan dengan cara bertahan. Tetapi harus dilawan dengan firman Allah ta'ala:
ادْخُلُوا عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ
"Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang." (Al Maidah: 23)
Maka Thufan Al Aqsha pun terjadi pada 7 Oktober.
Kedua, Mereka melakukan berbagai kejahatan di Gaza seperti yang telah diketahui oleh semua. Ada 3 target mereka sejak awal perang:
- Menghancurkan perjuangan di Gaza
- Mengembalikan tawanan yang ada di para pejuang
- Ini yang bahaya: mengosongkan Gaza dan memindahkan penduduknya ke Mesir
Tiga target ini diumumkan dan diikuti oleh Israel, Amerika dan sekutu Barat. Ini bukan kejahatan Israel yang didukung Amerika, tetapi kejahatan Amerika yang didukung Israel. Mereka menggunakan berbagai kekuatan, kekejaman dan tindak nazi. Lebih dari 70.000 ton bom dijatuhkan di Gaza. Jumlah ini setara dengan bom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.
Mereka menggunakan 4 fase perang:
- Membombardir dari udara
- Perang darat
- Perang dengan fokus hanya memerangi para pejuang dan pemimpinnya
- Langkah politis; Gaza setelah Hamas dan hari kedua setelah perang selesai tanpa Hamas.
Pertanyaannya setelah hampir 100 hari, apakah mereka berhasil?
Dengan keutamaan Allah, walau harganya mahal yang harus kami bayar, mereka gagal pada semua targetnya.
Walau pesawat-pesawat pengintai tercanggih di dunia diterbangkan di atas Gaza untuk mencari tawanan, mereka tidak berhasil mendapatkan walau hanya satu tawanan.
Dan kami katakan hari ini: Mereka tidak bisa mengambil tawanan mereka, kecuali setelah mereka mengosongkan penjara-penjara mereka dari saudara-saudara kami yang ditawan.
Ketiga, bagaimana keadaan hari ini dan bagaimana sikap kita?
Gaza sekarang berperang dengan dua kekuatannya. Benar sekarang terpusat di Gaza, tetapi saudara kami di Tepi Barat pun mereka diserang; sudah lebih dari 350 orang syahid.
Gaza sekarang berperang dengan berbagai kelompok pejuang; Al Qassam, Saraya Al Quds dan semua kelompok pejuang.
Gaza juga berperang dengan kekuatan sipilnya.
Peran umat terhadap perlawanan militer dan perlawanan keamanan besar sekali. Peran ulama adalah peran penting terhadap dua bentuk perlawanan tersebut. Sekarang telah tiba waktunya jihad dengan lisan dan senjata.
Momentum ini jangan sampai lepas. Sangat sulit menjumpai zaman sedermawan ini memberikan momentum bersejarah. Karena kalau momentum ini terlepas, entah perlu berapa dekade lagi untuk kita mendapatinya.
Keempat, apa yang harus kita lakukan dan apa yang kami inginkan.
Ada pergerakan di seluruh dunia. Tentu ini membanggakan dan harus diapresiasi. Keteguhan masyarakat Palestina dan peristiwa 7 Oktober ini wajib kita jadikan pondasi untuk kita membangun di atasnya.
Ada beberapa hal yang harus kita lakukan:
- Pengumuman Doha -semoga Allah menjaganya dan menjaga negeri-negeri Islam- tentang gabungan kemanusiaan adalah sesuatu yang menarik pandangan, tapi perlu ini perencanaan, strategi, program, sarana, pergerakan agar tidak hanya jadi pengumuman belaka.
- Para ulama bisa membentuk kelompok-kelompok dan utusan-utusan untuk mendatangi berbagai petinggi negeri dan menggerakkan umat di negeri-negeri. Perlu membuat pertemuan dengan para pemimpin negara-negara Arab dan Islam untuk menyampaikan tentang Palestina dan Gaza.
- Ajakan untuk jihad dengan harta. Ini bukan hanya masalah donasi, tetapi tentang fikih jihad; dengan harta dan jiwa. Kita harus menghidupkan fikih jihad.
- Buatkan risalah khusus untuk penduduk Gaza walau hanya satu halaman, untuk menghibur mereka, menguatkan para mujahidnya untuk menunjukkan bahwa para ulama umat ini bersama mereka. Kemudian seruan untuk untuk menyelamatkan masyarakat Gaza.
Salam hormat untuk keluarga para syuhada
Salam hormat untuk semua yang terluka
Salam hormat untuk mereka para pahlawan yang sedang ditawan
Salam hormat untuk para mujahid yang membela kehormatan umat
Salam hormat untuk seluruh umat ini dan orang-orang merdeka di dunia
-------------------
Itulah isi kalimat Ismail Haniyya di hadapan para ulama Islam seluruh dunia yang sedang berkumpul di Doha. Dan kami pun ingin berkata:
Salam hormat untuk pemimpin kami Ismail Haniyya dan para pemimpin yang memiliki mimpi yang sama dengan para mujahid di lapangan jihad, yang memanggul kegundahan umat di pundak mereka.