Ayat yang susunan kalimatnya dibalik, yang awal diakhirkan dan yang akhir diawalkan

Oleh: Ustadz Muh. Nursalim

Allah berfirman dalam surat al isra:72
 
وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلًا  [الإسراء/72]

Dan barang siapa yang buta di dunia maka di akherat juga akan buta dan tersesat dari jalan yang benar. 

Imam Assuyuthi dalam kitab Al Itqan fi Ulumil Qur’an menulis salah satu bab berjudul Muqaddimuhu wa muakhiruhu (ayat yang susunan kalimatnya dibalik, yang awal diakhirkan dan yang akhir diawalkan). Susunan ayat seperti itu seringkali membingungkan. Salah satu ayat model itu adalah ayat tersebut di atas.

Kita cermati dari artinya “Dan barang siapa yang buta di dunia maka di akherat juga akan buta dan tersesat dari jalan yang benar”. Ada tiga kalimat, pertama barang siapa buta di dunia. Kedua, maka diakherat akan buta. Ketiga, tersesat dari jalannya.

Orang tersesat dari kebenaran itu tentu bukan saat di akherat. Karena kehidupan di sana hanyalah hasil dari kegiatan manusia saat di dunia. Maka bisa dikatakan bahwa kalimat itu susunan mestinya adalah yang ketiga berada pada nomor dua. Sehingga pengertiannya menjadi begini.

Dan barang siapa yang buta di dunia dan tersesat dari jalan yang benar maka di akherat juga akan buta. Susunan bahasa arabnya menjadi, Wa man kana fi hadzihi a’ma wa adhallu sabila fahuwa fil akhiroti a’ma.

Hal ini sejalan dengan ayat lain yang senada berikut ini.

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (125)
قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آَيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (126)

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.
Dia berkata, "Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?"

Dia (Allah) berfirman, "Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan."

Jadi, kata buta di dunia itu majazi. Bukan buta mata tetapi buta hati, yaitu orang yang tersesat dari kebenaran akibat tidak mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya juga menolak hujjah yang disampaikan oleh Nabi dan pewarisnya yaitu para ulama. Hal ini sesuai dengan tafsir Al Khazin berikut ini.

"Dan orang yang dalam keadaan buta di dunia ini," yang dimaksud adalah kebutaan hati dan penglihatan, bukan kebutaan penglihatan mata. Artinya: "Dan siapa saja yang dalam keadaan buta di dunia ini, artinya buta terhadap nikmat-nikmat yang disebutkan dalam ayat-ayat ini, maka dia akan menjadi buta dan tersesat di akhirat." Ibnu Abbas berkata: "Dan dikatakan artinya siapa saja yang dalam keadaan buta hatinya terhadap melihat kekuasaan Allah, ayat-ayat-Nya, dan melihat kebenaran, maka dia akan menjadi buta di akhirat, yaitu kebutaan yang lebih parah dan tersesat dari jalan yang benar." Dan dikatakan: artinya siapa saja yang dalam keadaan kafir dan sesat di dunia ini, maka dia akan menjadi buta di akhirat karena di dunia ini tobatnya diterima, sedangkan di akhirat tobatnya tidak diterima.

Di dunia bukan buta mata tetapi buta hati, sedangkan di akherat ia buta yang sesungguhnya bahkan berlipat, buta matanya dan buta hatinya sehingga sengsaranya luar biasa. Sebagaimana tafsir Fathul Qadir berikut ini.

Adapun ayat “Maka di akherat ia akan buta” maksudnya adalah buta matanya sebagaimana bunyi ayat.

وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ القيامة أعمى * قَالَ رَبّ لِمَ حَشَرْتَنِى أعمى وَقَدْ كُنتُ بَصِيراً

Dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.

Dia berkata, "Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?"

Makna ini juga sejalan dengan firan Allah dalam surat Al Isra: 97

وَنَحْشُرُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى وُجُوهِهِمْ عُمْيًا وَبُكْمًا وَصُمًّا

Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari Kiamat dengan wajah tersungkur, dalam keadaan buta, bisu, dan tuli.

Lalu bagaimana agar nasib mengerikan itu tidak terjadi?

Jawabnya sederhana, hindari penyebab kebutaan itu. Seperti pada ayat di atas bahwa penyebab kebutaan di akherat adalah mengabaikan ayat-ayat Allah dan tidak mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya.

Nikmat Allah itu banyak sekali. Yang paling kentara adalah karunia harta dan keluarga. Dua nikmat ini sering kali melalaikan manusia dari mengingat Allah. Sampai ada peringatan khsusus dari Allah terkait dengan masalah ini. Sebagaimana firman Allah dalam surat  Al Munafiqun: 9

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونََ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi."

Semoga Allah memberi anugerah kepada kita untuk selalu bersyukur kepada Nya dan menjaga mata kita dari kebutaan di akherat. Amin.

Baca juga :