Oleh: Ahmad Khozinudin, SH
Ada rasa segan, ikhtirom, dan selalu mawas diri, saat penulis pada Rabu (25/1/2023) bersilaturahmi ke kediaman Habibana Muhammad Rizieq Shihab. Karenanya, begitu sampai di Majelis beliau, bersilaturahmi bersama sejumlah tamu-tamu lainnya, penulis lebih mengambil sikap diam, dan langsung menempatkan diri di barisan belakang.
Tak dinyana, ternyata Ada Bang Ichsanuddin Noersy yang meminta penulis duduk disamping beliau. Sederet dengan beliau ada Ustadz Alfian Tanjung dan Ustadz Andri Kurniawan. Kebetulan, banyak tamu yang juga hadir bersilaturahmi.
Saat Ustadz Yusuf Martak menyapa, penulis masih belum berani menyapa Habib Rizieq Shihab. Sambil mencari posisi yang nyaman, penulis menyimak obrolan silaturahmi. Sambil menikmati hidangan yang tersedia, penulis masih mengambil posisi 'mode menyimak'.
Sebelumnya, memang penulis sempat meminta bantuan Bang Aziz Yanuar, agar bisa mendapatkan waktu berkunjung dan bersilaturahmi ke kediaman Habib Muhammad Rizieq Shihab. Namun karena padatnya jadwal beliau, niat untuk bersilaturahmi saat itu belum kesampaian.
Alhamdulillah, akhirnya kali ini bisa bersilaturahmi. Sambil mencoba mencari waktu yang tepat, untuk bisa mendekat kepada Habib, diantara ramainya tamu yang secara bergantian ngobrol dengan beliau.
Sampai acara silaturahmi dan makan siang selesai, kesempatan itu belum juga terbuka. Terbesit dalam benak penulis, ah mungkin pada silaturahmi selanjutnya, barulah niat untuk menyapa dan ngobrol secara langsung bisa kesampaian.
Tapi ternyata, ada sapaan dari Habibana memanggil penulis. Sontak, riang sekali hati ini. Segera penulis menghampiri Habib dan berusaha meraih tangannya, untuk dapat menciumnya.
Ternyata, hal itu telah diantisipasi. Habib segera menarik tangannya dan langsung memeluk penulis. Dalam pelukan itulah, justru pipi penulis dapat bersentuhan langsung dengan pipi beliau. MasyaAllah.
Saat akan pamit pulang pun, ternyata kami kembali berpelukan dan akhirnya penulis mampu memeluk dan mencium pipi beliau. Rupanya, takdir Allah SWT berkehendak ciuman penulis mendarat di pipi beliau, bukan ditangan beliau.
Beliau ternyata banyak mengikuti tulisan-tulisan analisis hukum yang penulis tulis, yang tulisannya banyak beredar di media sosial. Beliau, memberikan semangat untuk terus melanjutkan perjuangan sesuai kapasitas penulis di bidang hukum.
Ada banyak dorongan, yang membuat penulis sejak lama ingin bersilaturahmi. Pertama, tentu saja keutamaan menjaga silaturahmi dengan dzuriyat Nabi SAW.
Nabi tidak saja berwasiat meninggalkan al Qur'an dan as Sunnah. Melainkan, Nabi SAW juga berwasiat untuk menjaga ahli beliau SAW.
Dengan mencintai dzuriyat Nabi Muhammad SAW, menjaga dan membela dzuriyat Nabi Muhammad SAW, penulis harapkan dapat menjadi wasilah diakui umatnya Nabi SAW, mendapat syafaat beliau SAW, dan akhirnya terjaga dari siksa api neraka.
Kedua, tentu saja karena faktor perjuangan untuk Islam. Perjuangan yang memiliki tujuan agar tegak izzul Islam wal Muslimin.
Dalam konteks itulah, silatirahmi akan mampu menjadi sarana untuk mendapatkan nasehat. Nasehat terpenting, adalah wasiat untuk selalu istoqomah dalam perjuangan, dakwah amar ma'rif nahi mungkar, menegakkan syariat Islam, untuk tujuan peribadahan dan penyembahan hanya kepada Allah SWT semata.
MasyaAllah, banyak sekali nasehat agama, petuah, ilmu dan pengalaman dakwah yang penulis dapatkan. Selain menyambung silaturahmi dengan Habib Rizieq Shihab, penulis juga berkesempatan bersilaturahmi dengan sejumlah tamu-tamu lainnya.
Ada Bang Rizal Ramli, Bang Refly Harun, Bang Syahganda Nainggolan, Bang Jumhur Hidayat, Bang Eggi Sudjana, Bang Marwan Batubara, Ustadz Asep Syaripudin dan masih banyak lagi. Sebuah silaturahmi yang sangat berkesan dan sangat membahagiakan.
Semoga, Habibana Muhammad Rizieq Shihab selalu sehat, panjang umur, dan tetap dalam naungan dan perlindungan Allah SWT. Agar selalu dijaga Allah SWT dari segala bentuk godaan dan kejahatan makhluk-Nya. Amien Ya Rabbal 'alamien.
(*)