Pergeseran Makna Munafik 👉 Tanpa Malu Mengumbar Aib Sendiri dengan Alasan 'Saya Ga Mau Munafik'

Pergeseran Makna Munafik

Oleh: Ustadz Fauzan Inzaghi

Jika ada orang yang berbuat salah, lalu menutup kesalahannya, dengan keyakinan bahwa dia salah, dan malu akan kesalahannya itu dalam Islam tidak disebut munafik, tapi mustatir, yang berarti yang menutupi, dan menutupi aib diri sendiri itu ciri keimanan, karena itu bagian dari rasa malu, dan malu sebagian dari iman, termasuk malu dari kesalahan dan dosa yang kita telah kita perbuat. Walaupun kebanyakan kita adalah pendosa, tapi jadilah sebaik-baik pendosa, yaitu orang yang betaubat dari dosanya dan menutupi dosanya karena rasa malu, merekalah orang mustatir

Mustatir tentu berbeda dengan munafik, munafik adalah seorang yang melakukan dosa, lalu nampak bermanis muka, dengan menutup apa yang dilakukan, bukan karena malu, tapi untuk kepentingan pribadi, dan bukan karena merasa bersalah, tapi karena dia meyakini kalau dia tidak berdosa dan yang dilakukannya bukan kesalahan. Tentu berbeda dengan mustatir yang menganggap bahwa yang telah dilakukannya memang dosa dan kesalahan.

Dan lebih parah dari itu adalah mujahir, dimana dia melakukan sebuah maksiat, lalu dia bangga menceritakan dosanya, bahkan menampakannya. 

Lebih parah dari itu, apa yang kita lihat hari ini, dimana saat ada orang yang menutup aib dan dosanya disebut munafik, dan mereka beralasan dengan menampakan dosa mereka, mereka bersikap jujur dan tidak munafik.

Sungguh orang mujahir itu sedang dipermainkan. Mereka lupa bahwa mujahir ini bisa mematikan hati. Bahkan Rasulullah sendiri yang mengatakan bahwa seluruh umatnya akan diberi ampunan kecuali para mujahirin ini, Beliau saw bersabda "Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa. Seseorang berbuat (dosa) pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut".

Tentu jika dia bertaubat dengan sungguh-sungguh, tentu akan diterima, hanya saja ada satu penyakit yang akan menimpa mujahir, yaitu matinya hati, apa arti dari matinya hati, hatinya akan susah menerima kebenaran, lebih dari itu hatinya akan selalu menjauhi kebenaran, jadi setiap ada kebenaran, hatinya tidak nyaman dan berpaling, itu karena hati itu bangga dengan dosanya.

Tapi ada level yang lebih parah dari mujahir, yaitu mustahlil, yaitu orang yang bukan hanya bangga dengan dosa, tapi juga menghalalkan maksiat itu sendiri, jangankan mau mendengar kebenaran, dia malah menganggap kebenaran itu salah, dan menyiapkan beberapa alasan sebagai pembenaran dalam menghalalkan yang salah, sebagaimana yang dilakukan iblis "aku diciptakan dari api, dan dia dari tanah". Dan sampai hari ini iblis belum berubah.

Kenapa mujahir itu begitu berbahaya? Karena dia seolah sedang menantang Allah, membuka aib yang sudah ditutup Allah. Selain itu dia juga akan mengubah pandangan sosial tentang sebuah maksiat, sehingga maksiat tidak lagi dipandang sebagai suatu yang dihindari. 

Nah mungkin ini salah satu yang harus diajarkan pada keluarga kita "menutup aib sendiri itu wajib, bukan munafik". 

Lalu menjelaskan perbedaan antara munafik, mustatir, mujahir dan mustahlil

Di era medsos dimana mujahir makin banyak dan disukai, dengan alasan tidak munafik, sepertinya ilmu tentang ini makin wajib diajarkan untuk keluarga kita.

Kita tidak perlu berfikir bahwa keluarga kita tidak melakukan dosa, itu tidak mungkin, kita sendiri juga sama, tapi yang penting diajarkan adalah tentang apa yang dilakukan seorang muslim setelah berbuat dosa dan maksiat? 

Yang tak lain adalah menutupi aibnya, kemudian menyesal, bertobat dan berusaha agar terus istiqamah. 

Ya mungkin kita semua memang pendosa, tapi kita masih punya Tuhan yang menutup aib kita dan memaafkan kita, jadi kenapa harus membuka aib yang sudah Allah tutup?

(fb)
Baca juga :