Dari Citayam Fashion Street menuju Indonesia 5 Besar Dunia

Dari Citayam Fashion Street menuju Indonesia 5 Besar Dunia

Roy, Bonge, Jeje, Kurma, Citayam, Bojong Gede atau Depok adalah kosa kata yang sepekan terakhir ini mewarnai jagad media sosial kita. SCBD (Sudirman, Citayam, Bojong Gede, Depok) adalah akronim yang menjadi hits tiba-tiba. 

Stasiun KAI Sudirman Baru atau dikenal dengan BNI City menjadi fenomena baru dan viral. Tempat pedistrian yang apik, indah dan menarik di sekitar stasiun Sudirman Baru  dimana juga pertemuan KRL dan MRT menjadi tempat nongkrong anak muda dengan berbagai macam outfit atau fashion yang unik, kreatif dan anti mainstream. Di Jepang kita mengenal Harajuku Street Fashion dimana anak-anak muda dari pinggiran Jepang seperti Yohohama, Chiba, Saitama dan lainnya, menampilkan pakaian unik setiap Sabtu dan Minggu dan di kiri, kanan ada toko fashion. 

Di sekitar Sudirman Baru, anak-anak muda ini berasal dari sekitar Citayam, Bojong Gede dan Depok. Bahkan belakangan setelah viral ada dari Bekasi, Jaktim,  Jakbar dan Jakut. Para awak media, konten kreator dan masyarakat Jakarta belakangan turut ramai di lokasi dengan berbagai macam konten kreatif, kemudian di posting di jagad media sosial. 

Memang ada efek negatif dari sisi kebersihan dan ketertiban, tetapi itu sudah di selesaikan oleh Pemprov DKI Jakarta dengan menurunkan petugas Satpol PP dan kebersihan, tapi dari sisi positif ada beberapa "value" yang menjadi optimisme ke depan; 

1. Kreatif. Anak-anak muda ini ternyata punya ide-ide kreatif tentang fashion dan cara berekspresinya. Pedistrian sekitar Stasiun Sudirman ini seperti "cat walk" alami dalam mengekspresikan jiwa mudanya. Mereka merdeka dengan segala ekspresi model pakaian, rambut dan juga gaya bicara. Ide-ide kreatif ini bertemu dengan platform media sosial sebagai media sosialisasi mereka ke publik. 

2. Percaya Diri. Anak-anak muda ini punya kepercayaan diri, dengan keterbatasan yang ada mereka mampu berekspresi. Bahkan melindas budaya "flexing" atau pamer-pamer outfit mahal yang menjadi trend setahun belakangan. Outfit murah dan sederhana menjadi andalan mereka, ngga perlu yang jutaan atau milyaran rupiah. Kepercayaan diri mereka tidak dibangun diatas kekayaan dan sumberdaya melimpah, tapi atas kreatifitas dan keunikan. 

3. Berani Memilih. Fenomena ini mengundang komentar Menteri Sandiaga Uno yang kemudian menawarkan beasiswa ke mereka atau Walikota Depok yang mengusulkan Provinsi Jakarta Raya. Tawaran Sandiaga ditolak mentah-mentah oleh salah satu dari mereka; Roy. Roy menolak beasiswa dari Sandiaga dan lebih memilih menjadi konten kreator. Usulan Walikota Depok justru jauh panggang dari api, sama sekali tidak relevan dengan fenomena ini, atau sekedar menutupi ketidakmampuan Pemkot Depok menyediakan ruang publik yang nyaman dan menarik bagi warganya. Para pimimpin seperti Sandiaga atau Walikota Depok sepertinya kurang menangkap semangat zaman, gagal menangkap fenomena ini dalam otoritas mereka sebagai pemimpin. 

Tiga nilai diatas adalah nilai-nilai yang menjadi karakter anak muda sebagai komponen batu-bata yang akan menjadikan Indonesia Lima Besar Dunia. Citayam Fashion Street jika di kelola dengan baik mungkin saja akan mendunia seperti Harajuku Street Fashion. Bahkan sekarang banyak para konten kreator memanfaatkan fenomena ini untuk sosialisasi produk fashion mereka. Ada versi hijabers dan versi-versi lain yang membuat fenomena ini semakin berwarna. Para make up artist belakangan juga ikut partisipasi untuk make over para anak-anak muda ini. Media sosial dunia juga sudah mulai menangkap fenomena ini, dunia semakin "borderless", tanpa batas.

Kesiapan para pemimpin dalam menangkap semangat zaman harus di evaluasi kembali, jangan hanya sekedar lips service untuk dagangan politik sesaat. Kreatifitas anak muda yang demikian hebat kadangkala mati ditangan pemimpin yang sudah tidak relevan dengan zaman. Saatnya kita menyiapkan pemimpin-pemimpin baru yang relevan untuk menjadikan Indonesia sebagai kekuatan lima besar dunia. 

Gelorakan Semangat Indonesia! 

(By @irfanenjo)

Baca juga :