Agustinus Bongkar Lingkaran Setan Bisnis Sawit-Minyak Goreng, Memang Semprul!

Kita bicara yang fakta-fakta saja....

1. Pernyataan Presiden Jokowi sbb: "... saya putuskan pemerintah MELARANG ekspor BAHAN BAKU MINYAK GORENG dan minyak goreng..." 

Wajar ditangkap masyarakat bahan baku migor adalah Crude Palm Oil (CPO). Jika mau jelas dan spesifik sebut yang dilarang adalah RBD Palm Olein (Fraksi cair. Pos Tarif 1511.90.36 dan 1511.90.37). 

Pencitraan adalah pangkal kekacauan!

2. Yang untung adalah pengusaha dan trader. Petani rugi. 

Lihat chart harga CPO Bursa Malaysia timeframe 30 menit. Pada 22 April 2022 Pukul 16.00 WIB terjadi mark up hingga 8,3%. Harga ditutup Rp22,4 juta/ton. Lalu terjadi penjualan agresif sehingga harga turun sampai Rp20,4 juta (-10,13%) pada 25 April 2022.

Sementara harga TBS petani anjlok hingga 60%, menurut Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia. Harga turun sampai Rp1.300/kg. 
Siapa yang untung? Pabrik Kelapa Sawit yang bahan bakunya adalah TBS sebab mereka beli murah. 

Siapa rugi? 16 juta petani sawit dan pekerja kebun swadaya!

3. Siapa pemilik lahan basah untuk korupsi? Pejabat Kemendag dan beberapa pengusaha. 

Faktanya bekas Dirjen Kemendag tersangka korupsi ekspor CPO. "DMO dimain-mainin," pinjam istilah Kepala BKPM. 

Apa yang dimainkan? Surat Pernyataan Mandiri bahwa eksportir telah menyalurkan CPO, RBD Palm Olein, dan Used Cooking Oil untuk kebutuhan dalam negeri, dilampirkan dengan kontrak penjualan. Itu syarat Persetujuan Ekspor (PE). Berpotensi main mata dan sogok-menyogok. 

Sebetulnya bisnis ekspor-impor tak masalah asal pengawasan dan aturan ditegakkan tanpa korupsi, terutama terhadap para pemain besar. Ini masalahnya!

Lantas mengapa si Menteri Perdagangan masih bercokol di posisinya? Copot segera, ganti dengan yang cakap, berani, kompeten, dan antisuap. Jika tidak ada makhluk itu di Indonesia, impor saja dari Merkurius.

4. Siapa yang omsetnya triliunan tapi tak dibicarakan? Perusahaan besar yang kantornya di Singapura. 

Lihat Laporan Keuangan 2021. (Yang saya analisis hanya perusahaan Tbk yang bisa diakses laporan keuangannya. Sehingga Asian Agri, yang juga termasuk perusahaan sawit besar, tidak bisa saya akses). https://www.asianagri.com/

👉Sinar Mas Agro (SMAR) jualan bersih total Rp57 triliun. Porsi ekspornya 48% (Rp27,3 triliun). Pembeli terbesarnya (33,67%) Golden Agri International Pte. Ltd (pihak berelasi). Badan hukum Singapura.

👉Astra Agro Lestari (AALI) penjualan bersih Rp24,3 triliun. Pembeli terbesarnya Bunge Asia Pte. Ltd, Wilmar Trading, Trump Asia Pasific Corp Ltd, Cargill International Trading Ltd, dan Josovina Commodities Pte. Ltd. Badan hukum Singapura.

👉Salim Ivomas (SIMP). Jualan bersih Rp10,5 triliun. Porsi ekspornya kecil (Rp117,2 miliar). Sebagian besar dibeli Indofood dan Indomarco.

👉Sampoerna Agro jualan Rp5 triliun. Tidak ekspor tahun lalu. Dibeli oleh PT Sumber Indah Perkasa, Wahana Citra Abadi dkk.

👉Dharma Satya Nusantara (DSNG) jualan Rp7,1 triliun. Porsi ekspor Rp1,2 triliun. Pembeli terbesarnya SMAR, Wilmar Nabati, dan Kutai Refinery.

👉London Sumatra Indonesia (LSIP) jualan Rp4,2 triliun, semua lokal. Pembeli besarnya Salim Ivomas.

👉Eagle Plantation jualan Rp2,9 triliun. Pembeli besarnya SMAR dan Sari Dumai Sejati.

👉Triputra Agro (milik TP Rachmat dan Benny Subianto) jualan Rp6,2 triliun. Pembeli besar Wilmar Nabati dan Sinar Alam Permai. 

***

Jadi begini: Lahan milik NKRI. Izin dari pemerintah NKRI. Buruhnya rakyat Indonesia. Pedagang besarnya orang Indonesia pakai kendaraan Singapura. Migor mahal diderita rakyat Indonesia. DMO-nya dimain-mainin sama pejabat Indonesia. Sebagian keuntungan dari putaran duitnya dipakai untuk saweran suksesi politik Indonesia.

Begitu terus. Lingkaran setan.

Kata dunia, kita adalah negara produsen sawit terbesar tapi migor mahal dan petaninya susah!

Semprul!

Salam.

(Agustinus Edy Kristianto)

Baca juga :