GEROMBOLAN PENGUSIR USTADZ, SIAPA MEREKA???

SIAPA MEREKA?

Oleh: Ustadz Abrar Rifai (Pompes Babul Khairat Malang)

“Maliiiiing!” teriak seorang pencuri yang kepergok sedang menyantroni rumah seorang warga. Sambil berlari, ia terus berteriak, Maling, maliiing, maliiiiiiing!” 

Fenomena maling teriak maling ini kian marak terjadi. Bukan rumah yang digarong, bukan isi rumah yang dikuras dan bukan pula orang kampung atau penghuni komplek yang dikelabui. Lantas? 

Saat Ustadz Yusuf Martak datang ke Malang bersama beberapa orang pengurus GNPF dan PA 212, mereka berdemo dengan kata-kata kotor, pisuhan dan selayaknya omongan orang mabuk. 

Acara tetap berlangsung, walau dalam suasana memanas karena provokasi mereka. Tapi segenap teriakan dan cacian mereka terbang dibawa angin, dibakar panas matahari siang itu. 

Yusuf Martak dan kawan-kawan tetap melanjutkan acara hingga usai, tanpa terhalang oleh teriakan dan cacian mereka. 

Saat Ustadz Bakhtiar Nasir datang ke Malang, mereka kembali berulah, berupaya membubarkan acara. Tapi sampai habis suara mereka berteriak-teriak, UBN tetap lanjut berceramah hingga usai, tanpa sedikitpun terusik dengan teriakan dan cacian mereka. 

Walau akhirnya mereka berhasil mengusir UBN, saat penggagas GNPF itu sebenarnya sedang bersiap untuk beristirahat malam. Tapi sudahlah, sing waras ngalah. UBN pun meninggalkan Malang untuk berehat di kota lain. 

Nah, ketika Ustadz Haikal Hasan datang, ini saya sudah tidak mengikuti. Saya tidak berada di lokasi. Sebab selain saya tidak dapat undangan dari panitia, saya sekarang juga sudah sibuk dengan acara sendiri. Jadi agak menarik diri dari hingar bingar kerumunan banyak orang. 

Konon acara Babe Haikal dibubarkan, dengan cara-cara geruduk, teriakan dan cacian seperti yang mereka lakukan selama ini. 

Saya pastikan orang-orang ini bukan bagian dari Ansor. Bukan juga Banser. Serta pasti bukan NU! 

Kalaupun mereka mengaku NU dan segenap badan otonomnya, mari kita cek kepada ketua masing-masing, apakah mereka tercatat sebagai anggota? 

Adakah keseharian mereka juga laiknya orang NU? 

Sungguh, mereka sekedar ngaku-ngaku dan berlindung di bawah bendera besar tali jagat dan bintang sembilan. Sekedar klaim sepihak sebagai bahan cuci tangan. 

Kalaupun mengaku sebagai orang Malang, orang Malang mana yang mereka wakili? Bukankah yang mengundang dan menjamu Babe Haikal juga adalah orang Malang? 

Adakah Cak Sutiaji, Pak Sanusi dan Bu Dewanti pernah mengirim mereka untuk membubarkan suatu acara, atau setidaknya menyetujui perbuatan mereka? 

Baiklah, bukan atas perintah Kepala Daerah atau persetujuan mereka. Lantas simpul massa mana yang mereka wakili? 

NU? Bukaaan! 

Muhammadiyah, juga bukan. Al Irsyad, pasti bukan. Lha terus? 

Ok, saya dengar katanya ada di antara mereka  sebagai Gusdurian. Duh, kelakuan mereka sangat jauh dari ajaran Gus Dur. Saya kenal dan akrab dengan banyak para Gusdurian, sungguh saya tak mendapati ada kemiripan antara orang-orang tukang bubarkan acara itu dengan para Gusdurian yang saya kenal. 

Ok, mungkin mereka mewakili kelompok-kelompok di luar Islam, ini saya tidak tahu. Tapi adakah satu kelompok saja di luar Islam yang memberikan pengakuan bahwa para pembubar acara ini bagian dari mereka? Sampai sekarang, saya belum mendengarnya. 

Ataukah mungkin mereka mewakili partai politik? 

PDIP, PKB, Golkar, PKS, Demokrat atau partai lainnya yang ada di Malang? No! Tak ada satupun pimpinan partai-partai politik di atas yang kemudian memberikan pengakuan kepada mereka. 

Lantas siapa mereka? 

Narasi nereka selalu anti khilafah. Khilafah yang mana? Siapa yang sedang mengusung khilafah? 

Adakah Yusuf Martak, Bakhtiar Nasir, Haikal Hasan dan lain sebagainya pernah berucap menginginkan khilafah atau mengubah Indonesia dari negara bangsa menjadi negara agama? 

Khilafah itu yang mengusung adalah HTI. Itupun tidak jelas aksinya, hanya dari muktamar ke muktamar. Tak ada yang konkrit dari aksi HTI untuk mewujudkan khilafah. Hanya sekedar bualan kosong tanpa isi! 

Adapun Yusuf Martak, UBN dan Haikal, itu bukan orang HTI. Ideologinya pun bukan sebagaimana yang dianut HTI. Jadi, kalian salah alamat! 

Narasi berikutnya terkait toleransi. Nah, di sini masalahnya. Aksi kalian yang main geruduk, bubarkan acara dan melarang orang lain berceramah dan menyatakan pendapat, itulah prilaku intoleransi yang sebenarnya! 

Kalau kalian memang penganut toleransi, Indonesia damai, Islam damai dan NKRI harga mati, silakan bicara dengan isi. Ajak Haikal Hasan, Bakhtiar Nasir, Yusuf Martak dan orang-orang yang kalian sebut intoleran itu untuk dialog, diskusi dan adu gagasan untuk tegaknya NKRI. 

Jangan teriak toleransi tapi malah melakukan perbuatan intoleran. Jangan teriak Indonesia damai dan Islam damai, tapi malah bikin gaduh. Jadinya seperti maling teriak maling. 

(fb)
Baca juga :