[PORTAL-ISLAM.ID] Pengamat politik Rocky Gerung menganalisa penangkapan tiga ulama oleh Densus 88 baru-baru ini. Adapun tiga ulama itu diamankan karena disebut-sebut terlibat dalam kasus terorisme, dalam hal ini kaitannya dengan Jamaah Islamiyah.
Menurut Rocky, kasus penangkapan ulama sebenarnya seolah-olah dilakukan agar publik mengingat kembali soal radikalisme. Padahal menurutnya isu itu sudah lama hilang.
Berkaca dari kasus di atas, dia pun beranggapan bahwa sebenarnya ada pihak Istana yang tak menghendaki kehidupan berwarganegara berkaitan dengan basis-basis kultural. Maka diangkatlah isu radikalisme kembali. “Islam itu akan disodorkan ketika tak ada isu. Itu untuk menutupi korupsi, termasuk kasus PCR yang lagi ramai,” tebak Rocky di saluran Youtube-nya, Kamis 18 November 2021.
Padahal yang lebih berbahaya bagi negara bagi Rocky sebenarnya bukanlah isu soal radikalisme. Melainkan kasus utang besar negara, deforestasi, pelanggaran moral di dalam kabinet, dan lain sebagainya.
Tetapi karena Pemerintah tak mampu mengatasinya, kemudian disodorkanlah Islam untuk menutupi kelemahan.
“Jadi ini untuk kelabui opini publik. Ini konspirasi intelijen untuk tutupi korupsi dan ketidakmampuan Istana mengontrol opini. Pemerintah gagal dengan konsep kemakmuran dan keadilan. Akhirnya mereka coba ceramahi kita soal fundamentalisme dan stabilitas politik,” katanya.
Sebenarnya Pemerintah sudah mulai berusaha menyogok umat Islam dengan menurunkan hukuman Habib Rizieq Shihab. Tetapi dengan adanya penangkapan tiga ulama menunjukkan bahwa Pemerintah memang tak berniat mengakrabkan warga negara.
“Yang ada malah hanya membuat pembelahan-pembelahan yang disengaja, disodorkan untuk menguji legitimasi mereka. Ini bahayanya, Pemerintah enggak ada konsep dan kita sudah tahu cara bermain politik semacam ini,” katanya. [hops]