Luar Binasa Negeriku... Pejabat Negara Makin Kaya Selama Pandemi, Rakyat Makin Sengsara Setengah Mati

[Catatan Agustinus Edy Kristianto]

Dalam status sebelumnya, saya sudah kasih sinyal tentang siapa yang makin kaya selama pandemi. Sekarang ramai laporan KPK yang menyebutkan para pejabat negara makin kaya selama pandemi (kekayaan bertambah 70%).

Secara singkat bisa disimpulkan para high-net-worth individual (HNWI), pejabat, spekulan finansial dan teknologi, makelar proyek pemerintah, politisi adalah sejumlah contoh kalangan yang tidak terpengaruh pandemi. 

Masyarakat? Sudahlah, masyarakat banyak itu masuk kelompok bansos mania. Naik kasta sedikit adalah kalangan berpengharapan besar bisa kaya raya dari beli saham Bukalapak, padahal modal sedikit dan tidak punya inside information serta tidak tahu fundamental/teknikal. Kenapa modal sedikit? Ya, karena dulu tidak dapat BLBI, tidak punya koneksi ke bank untuk leverage, silsilah/darah Anda tidak sesuai kualifikasi, koneksi politik Anda baru sebatas kelurahan...

Kita tidak iri atas 'rezeki' orang. Tapi buru-buru menganggap itu semua adalah buah dari kejujuran dan kerja keras menunjukkan betapa pandirnya kita. Dari kecil saya sudah bertanya-tanya dari mana pejabat yang gajinya terbatas bisa beli mobil dan rumah mewah. Dari bisnis? Bisnis apa? Bisnis mereka 'maju' ya karena jabatan dan koneksi politik. Bukan karena otak, kejujuran, dan kerja keras.

Saya pernah tahu cerita seorang pejabat pajak yang berkata "... sedikit lagi Rp1 triliun, nih." Itu sekitar 2007-2008 saya dengar. Maksudnya, harta dia sebentar lagi mencapai Rp1 triliun. Akhirnya, waktu membuktikan, dia ditangkap karena kasus pajak. Ya, saya tahu. Dia pemain besar.

Setelah KPK mengumumkan laporan itu, Menteri BUMN Erick Thohir mau berlagak ambil kredit. Katanya, seluruh pejabat BUMN akan dipampangkan harta kekayaannya secara transparan. Ya, jika nilai rata-rata EBTANAS Anda setidaknya 5 saja sudah cukup untuk memahami bahwa itu omong-kosong. 

LHKPN bisa diakali. Bisa disembunyikan yang berbau amis. Coba pampangkan income-expense hariannya, portofolio investasi, slip pajak, pasang chip di seluruh alat komunikasi, dan sebagainya cara yang mempersempit pejabat cari uang haram. Jelaskan secara berkala duit dari mana Anda beli BMW atau Lexus terbaru, rumah di Pondok Indah, sekolahkan anak ke luar negeri... Coba kita mulai dari Jokowi dan Ahok, yang dulu semangat betul beginian.

(Oh, iya. Saya serang Erick Thohir terus bukan karena saya pro-Bakrie, tidak ada urusan. Bukan karena saya pernah tampil di ILC maka otomatis saya pro-Bakrie. Enak saja. Saya dengar rumor bahwa ada sedikit konflik di antara mereka karena kasus Jiwasraya, yang detailnya saya tidak bisa ungkap di sini. Ini ada kaitannya dengan kelompok tauke lama yang tersingkir dan anak-anak muda wangi generasi baru yang sedang rebutan kendali bisnis-politik 2024).

Dengan demikian tidak bisa disalahkan jika makin banyak milenial yang nyinyir terhadap pejabat. Apa yang bisa dibanggakan dari profesi itu. Apa yang bisa dicontoh kalau kelakuannya demikian. Serakah menumpuk kekayaan tapi munafik melontarkan kalimat sok bijak di media untuk menutupi kebusukan. Petaka betul menyerahkan nasib kita semua pada manusia-manusia berperadaban rendah seperti itu. 

Terus Presiden Jokowi bisa apa? Ikut tren, lah. 

Tetap dibayar negara, buka jalan untuk bisnis dan karier birokrasi anaknya, buka jalan untuk tim horenya berbisnis di proyek pemerintah, sambil bagaimana caranya mempertahankan citranya sebagai 'orang baik' dan mewakili kalangan biasa sebab "Jokowi adalah kita".

Kalau Anda setidaknya bisa membedakan mana bawang merah dan mana bawang putih, sudah cukup bagi nalar Anda untuk bisa sampai pada kesimpulan bahwa dia bukanlah kita!

Salam. Semoga para pejabat dan partner bisnisnya makin kaya, sejahtera, sehat selalu, jauh dari petaka penjara yang terkutuk.(*)

Baca juga :