[PORTAL-ISLAM.ID] Denny Siregar berkicau, bahwa orang-orang Kristen mendengar adzan lima kali sehari, seminggu sekian kali, sebulan hingga setahun sekian banyak kali.
Kemudian Denny berujar bahwa orang Kristen yang banyak kali mendengar adzan tersebut, toh tidak berubah keimanan mereka, hingga anak, cucu dan cicit mereka. Orang-orang Kristen tetap menjadi Kristen walau berkali-kali mendengar adzan.
Nah, menurut Denny, ini orang Islam masa hanya mengucapkan selamat natal sekali setahun aja, sudah berasa murtad?
Denny Siregar logikanya kacau.
Orang-orang Kristen itu mendengar adzan. Bukan mendengarkan. Jadi mereka memang sekedar mendengar bunyi yang suaranya memang tidak bisa dihindari. Bukan bermaksud sengaja mendengarkan atau menyimak.
Sementara mengucapkan itu memang sengaja ngomong. Sebab kalau ada orang yang mengeluarkan ucapan, ‘Selamat Natal’ tapi mengaku gak bermaksud ngomong, itu adalah orang gila!
Dari sini saja, sudah jelas bedanya.
Apalagi kalau terus diurut. Ngomong atau mengucapkan itu adalah aksi, bersuara dan aktif. Sedang mendengarkan itu pasif, diam dan tidak bersuara. Apalagi kalau sekedar mendengar. Bukan mendengarkan.
Berikutnya dalam ajaran Kristen, apakah ada ketentuan hukum yang menyebut bahwa orang yang mendengar adzan maka dia keluar dari agama Kristen?
Sedang dalam ajaran Islam, mengucapkan Selamat Natal itu mayoritas Ulama menghukuminya haram!
Baiklah, mungkin Denny sekedar ingin membandingkan pertahanan keimanan orang-orang Islam dan Kristen di Indonesia. Kita lanjut, yaa.
Sungguh mengucapkan Selamat Natal, tak akan pernah mengganggu keimanan kami. Tapi tetap tidak kami lakukan, karena memang begitu ketentuannya: Haram!
Di Lawang Malang ada SD dan SMP Kristen, dulu banyak sekali anak-anaknya orang Islam yang sekolah di sekolah tersebut. Termasuk juga disuruh mengikuti pelajaran agama Kristen.
Tapi selama bertahun-tahun mereka menjalani sekolah seperti itu, toh keimanan mereka tidak terganggu. Sampai mereka lulus, kuliah, menikah dan sekarang sudah beranak-pinak, mereka tetap teguh menggenggam keislamannya!
Sekali lagi, kami tidak mengucapkan Selamat Natal, karena memang begitu ajaran kami. Selebihnya mari kita terus saling jaga, toleran dan bekerjasama untuk kehidupan beragama yang harmonis, di dalam Negara kita yang memang beragam.
Oleh: Ustadz Abrar Rifai
(Ponpes Babul Khairot, Malang)