KL Summit 2019 Arah Baru Dunia Islam, Posisi Indonesia Dimana?


[PORTAL-ISLAM.ID] Kuala Lumpur Summit 2019 digelar 18-21 Desember 2019 dengan tagline "The Role of Development in Achieving National Sovereignty".

Pertemuan pertama negara-negara Islam memecah kebuntuan dan stagnasi OKI ini diinisiasi PM Malaysia Mahathir Mohamad dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Selain Erdogan dan Mahathir, kepala negara yang hadir adalah Presiden Iran Hassan Rouhani dan Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad al-Thani.

Pengamat Internasional dari Lille, Hasmi Bakhtiar menyebut Kuala Lumpur Summit 2019 ini merupakan Arah Baru bagi Dunia Islam. Namun sayangnya Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, tapi minim perannya.

Berikut selengkapnya analisa @hasmi_bakhtiar yang disampaikan di akun twitternya (20/12/2019):

- Saya melihat #KLSummit2019 sebagai harapan dan #ArahBaru dunia Islam ke depan. Narasi yang ditawarkan mendobrak logika lama organisasi-organisasi Islam yang sudah eksis puluhan tahun tapi nihil hasilnya.

- Kalau saya rangkum, narasi #KLSummit2019 setidaknya terfokus kepada 4 hal: Politik, Ekonomi, Pengetahuan dan Militer. Tertinggalnya umat Islam saat ini tidak terlepas dari ketertinggalan dalam 4 hal ini.

- Bagi saya yang paling menarik dari #KLSummit2019 adalah hadirnya para pemikir Islam, akademisi, politisi sampai jurnalis yang jumlahnya mencapai 500 orang. Ini sejarah baru dalam pertemuan negara-negara Islam, mungkin juga ini yang pertama.

- Selama ini pertemua negara-negara Islam lebih sering terlihat sebagai ajang foto-foto para pemimpin negara atau cipika-cipiki setelah itu selesai. Misalnya OKI atau Liga Arab, puluhan tahun berdiri tapi bukannya menyelesaikan masalah yang ada malah masalah negara anggota bertambah.

- Saya melihat #KLSummit2019 bukanlah pertemuan tandingan OKI, tapi lebih kepada mencari solusi atas mati surinya OKI dalam merespon permasalahan dunia Islam. Saat ini berapa negara Islam yang sedang dilanda perang Saudara? Adakah satu saja yang bisa diselesaikan OKI?

- Jadi sangat kekanak-kanakan ketika misalnya Saudi dan UEA memboikot #KLSummit2019 hanya karena berpikir akan menggerus popularitas OKI. Apalagi sampai pada usaha menekan negara2 yang ingin hadir di #KLSummit2019 seperti Pakistan dan Indonesia.

- Untuk diketahui, UEA dan Saudi adalah dua negara pertama yang diundang oleh Mahathir untuk hadir pada #KLSummit2019 dan keduanya siap untuk hadir bahkan ikut menanggung biaya pertemuan dengan “syarat”.

- Mendengar hal tersebut Datuk Mahathir mengatakan: kita negara merdeka. Mau hadir silakan tapi tanpa syarat. Tidak hadir juga silakan, itu hak negara masing2. Raja Salman marah mendengar jawaban tersebut. Mulailah Saudi menekan negara2 lemah seperti Pakistan dan Indonesia.

- Saya dapat cerita dari salah seorang kawan jurnalis yang hadir di #KLSummit2019 bahwa Indonesia ditekan agar presiden tidak hadir di KL.

- Bahkkan diancam batalnya investasi Saudi sebesar 10 M USD di Indonesia. Ini yang membuat Indonesia hanya berencana mengirimkan Wapres walau akhirnya juga batal. Benarkah ini pak @jokowi?

- Kalau benar maka Indonesia termakan hasutan. Apalagi membaca statement @Menlu_RI yg berulang kali mengatakan posisi Indonesia adalah jembatan bagi persatuan dunia Islam. Bisa dipahami bahwa Menlu menganggap #KLSummit2019 bisa mengancam eksistensi organisasi Islam yg sudah ada.

- Jadi saya bisa pahami ketika Menlu RI datang ke KL terus duduk manis di sana tanpa bicara agenda apa yang dibawa Indonesia pada #KLSummit2019 tsb. Namun di sisi lain ini sangat disayangkan terjadi pada negara dg muslim terbesar di dunia.

- Pada awalnya Indonesia termasuk dari 5 negara utama yang akan hadir di #KLSummit2019 bersama Turkey, Qatar, Pakistan dan Malaysia. Indonesia masuk perbincangan dunia sbg kekuatan masa depan dunia Islam.

- Dengan segala keterbatasan pejabat kita, negara spt Turkey, Qatar dan Malaysia mengulurkan tangan lewat #KLSummit2019 agar Indonesia bisa satu panggung dan bergandengan dg kekuatan utama dunia Islam lainnya. Apalagi sejak lama teriakan Indonesia di dunia Islam terdengar melemah.

- Uluran tangan negara2 tsb faktor utamanya jelas bukan rezim Jokowi tapi potensi umat Islam Indonesia yang begitu besar. Jadi apapun sikap rezim Jokowi tidak akan mengurangi kebesaran umat Islam Indonesia. Ini masalah momentum kepemimpinan saja.

[THREAD]

Baca juga :