DARIMANA ORANG ORANG BAYARAN INI?
Oleh: Muhammad Thufail Al Ghifari
(Salah satu founder dari Jurnalis Islam Bersatu)
Saya tidak bisa menulis semua yang saya lihat ketika turun di 21-23 Mei dini hari. Saya tidak ikut bersama demonstran yang protes ke Bawaslu. Saya tidak berpihak. Saya bertugas sebagai jurnalis untuk INA Agency News, media jaringan dari Jurnalis Islam Bersatu. Semua berita saya di editorkan untuk diterbitkan di media media jaringan Jurnalis Islam Bersatu. Mulai dari Islampos hingga arrahmah.com.
Fakta resmi soal apa yang terjadi di lapangan terkait dinamika kerusuhan 21-23 Mei jauh lebih baik dari berita berita resmi yang keluar dari media jaringan JITU. Termasuk Kiblat.net hingga Hidayatullah.com.
Namun, dilapangan memang saya menemukan ada orang orang berbisik. "Tugas kita merusuh saja, biar nanti 02 yang disalahkan". Kuping saya mendengar koordinasi tersebut ketika beristirahat di Kemanggisan, berhenti sejenak di Tanah Abang, hingga bergerilya di sekitar Thamrin hingga Cipinang muara. Orang orang bayaran?
Aksi protes ke Bawaslu, ada aksi damai pada awalnya. Hingga pecah kerusuhan. Berita yang mengatakan rakyat menyerang polisi. Bisa dipastikan bukan dari peserta aksi damai ke Bawaslu. Entah darimana datangnya. Chaos yang dirakit terstruktur. Masa aksi damai yang sudah bubar lalu muncul masa yang tidak tahu dari mana menyerang polisi.
Polisi menembakkan gas air mata. Tentu saya melihat polisi juga bingung membedakan mana demonstran dari masa pro 02 dan penyusup yang datang pasca bubarnya aksi. Alhasil banyak sekali gas air mata jatuh tidak pada target dan berdampak mengganggu masyarakat umum.
Masyarakat umum terpancing. Kondisi semakin tidak kondusif. Para provokator, masyarakat membaur. Aparat sudah tidak bisa membedakan mana sipil dan penyusup. Kerusuhan pecah menyebar.
Hingga ke Petamburan 3. Gang kecil tempat markas DPP FPI berada disana. Malam pertama gugur satu laskar FPI. Mereka harus menyelamatkan area warga yang diserang aparat. Efek domino. Dari gesekan depan Bawaslu menyebar. Pergeseran dari masa penyusup bergeser menjadi aparat vs FPI. Padahal awalnya FPI ikut mengawal demonstran 02 dengan damai.
FPI harus menyelamatkan gang Petamburan 3. Kampung mereka. Habib Farhan ikut gugur. Ada yang tertembak di kepala anak dari gang Petamburan. Catatan ini saya investigasi langsung ke lapangan, saya alhamdulillah bertemu dengan pemimpin laskar FPI, saya disambut ramah.
Lampu lampu gelap gulita. Petamburan 3 begitu tegang. Warga berjaga jaga. Dini hari di tanggal 23 subuh. Petamburan cenderung lebih aman ketika saya melihat anggota TNI. Mereka menjaga warga, bekerja sama dengan FPI. Lebih kondusif walau suasana mencekam masih ada.
Saat pulang saya diikuti orang tidak dikenal. Saya mampir ke Garasi Hijrah selama satu jam. Setelah kondusif. Saya pulang ke Bekasi. Ditengah jalan saya mampir istirahat di daerah Cipinang muara. Di sebuah kedai kopi. Saya pesan minuman. Ada banyak orang ngumpul mau berangkat ke titik kerusuhan di Thamrin. Saya mendengar mereka berkordinasi. Bahasanya sama "yang penting kita bikin rusuh aja, biar nanti 02 yang disalahkan".
Saya tidak bisa ambil kesimpulan mereka ini darimana. Tapi jumlah mereka lebih dari 100 orang. Saya teringat 3 orang yang tewas di Petamburan. Kata pak Gubernur Anies Baswedan yang meninggal ada 6 orang. Ada yang memancing aparat dengan target mengkambing hitamkan FPI.
Dua duanya hanya bertugas. Aparat bertugas menjaga ketertiban masyarakat, FPI mengawal hak konsititusi 02 tanpa ada niat melanggar hukum. Namun, siapakah yang mengirim orang orang bayaran ini? Ini pertanyaan yang terus muncul di hati kecil saya.
Ya Allah jaga Indonesia. Jaga Indonesia ya Rabb.
Muhammad Thufail Al Ghifari
**Ditulis dalam perasaan berduka mendalam atas meninggal Ustad kesayangan Muhammad Arifin Ilham tepat di tanggal 22 Mei 2019.
Sumber: fb penulis