MOMENTUM UAS


Momentum UAS

Ustad langsing bersuara lantang itu bergerak tepat waktu. Langkahnya jenius dan terukur. Dia buat One moment in time. Bagai Ledakan quantum.

PAS disaat ummat menunggu nunggu sikapnya. VVIP Al azhar circle, Riil alumni Cairo. The brave heart.

Right man on the right time and the right place. 

Dengan cakap dia memberi tanda, bagi siapa saja yang pernah melarangnya datang. Bagi siapa saja pernah mengusirnya pulang. Bagi siapa saja yang pernah menuduhnya anti Pancasila, anti NKRI, mempermalukannya dipaksa menyanyi Indonesia raya hingga mencium bendera. Difitnah bagai pengkhianat tumpah darahnya.

Dia telah menentukan pilihan.
Inilah saatnya dia membalikkan keadaan.

Pesannya tajam. Dengan elegan langsung menusuk jantung pertahanan. Persekusi tak membuatnya surut. Beliau punya cara sendiri untuk memberi perlawanan.

Menghentak. Mengguncang panggung di injury time. He is the man behind our champion.

Begitulah pertolongan Allah...datang dari arah dan waktu yang tepat... yang tak diduga-duga sebelumnya. Tak diprediksi.

Saat ia berkisah, Dalam pencarian panjangnya beliau telah menentukan sikap. Perjalanan spiritual hingga ke zona teresterial mengetuk hati jiwa jiwa yang bersih. Membisikan satu nama pemimpin. Hanya ada seorang saja yang disebut hingga lima kali.

Dialah Prabowo, manusia yang datang dalam mimpi penghuni penghuni langit itu menitikkan air mata mendengar tuturan UAS saat namanya disebut. He is so touching. Both of them.

Dibalik sikapnya yang tegas, Hatinya rapuh. Vulnerable. Gampang tersentuh. Sentimentil, jiwanya halus. Kesannya priyayi. Well educated.

Dia memang orang jawa yang lama jadi tentara. Tangan kekarnya sering membelai lembut Bobby si kucing kampung hingga terlelap di pangkuannya. Tak jarang ia Memeluk orang miskin lusuh yang begitu mencintainya.

Nampak jelas begitu hormat pada ulama, walaupun jauh lebih muda. Tangannya tersusun rapi dengan badan penuh menghadap lawan bicaranya. Concern. Mendengarkan dengan seksama. Sambil sesekali menyeka air mata nya yg terlanjur tumpah. Mungkin terbayang betapa beratnya menahan amanah.

Wejangan UAS begitu mengena. Ummat menyaksikan pasti jadi mengharu biru. Menyampaikan untaian mutiara hikmah. Bagaimana akhlak pemimpin.

Tak banyak meminta malah memberi. Tasbih kesayangan yang paling berharga sebagai hadiah. Berharap dibalas jangan diberi jabatan bahkan hanya sekedar undangan ke istana. Permintaan yang tidak biasa dari orang yang telah selesai dengan dunia.

Biarkan orang kampung itu mengembara, mendakwahi umat. Masuk hutan keluar hutan, menyisiri sungai menyeberangi laut. Terbang hingga sejauh cakrawala memandang. Jiwa nya telah diwakafkan untuk mendidik ummat. Begitu mulianya engkau Tuan.

Bersyukur kepada Allah. Kita masih diberi role model orang orang baik. Mewakili rahmat Tuhan untuk sekalian alam. Menyejukkan mata bathin, menentramkan hati nurani. Berpihak pada sebenarnya kebenaran.

Terimakasih UAS telah memberi penerangan jalan. Hingga yakin melangkah makin terang. Semakin memudahkan ummat untuk memilih pemimpin yang layak mensejahterakan dalam keadilan dan kemakmuran. Serangan balik yang memantapkan pilihan.

Mari kita dudukkan orang baik pada tempat yang lebih tinggi. Semoga dengannya berkah Allah menaungi bangsa ini.

Wah Yudi
12.4.2019

Baca juga :