Setelah keluar dari PT B***, saya mendapat banyak sekali tawaran bisnis. Saking banyaknya, saya jadi bingung harus pilih yang mana.
Dan Bismillah....
Setelah konsultasi dengan ustadz, diskusi dengan teman, mencari sejumlah referensi, dan minta petunjuk Allah lewat shalat istikharah, saya memutuskan untuk fokus menjalankan bisnis AFC.
Kenapa? Apa alasannya?
Berikut adalah beberapa ALASAN KUAT kenapa saya memilih AFC:
1. Menjual produk-produk kesehatan NONKIMIAWI yang bisa dijual secara konvensional, dengan potensi penghasilan yang besar.
2. Bisnis ini cocok untuk Anda yang suka jualan, tapi cocok juga bagi Anda yang tidak pandai jualan. Karena ada bimbingannya.
3. Biasanya kalangan medis (dokter) menolak obat-obatan herbal, dan kalangan herbalis menolak obat-obatan kimiawi dari dokter. Sedangkan produk-produk AFC bisa diterima oleh kalangan medis sekaligus kalangan herbalis.
4. Sudah ada 40.000 dokter yang menggunakan dan meresepkan produk AFC kepada pasien mereka.
5. Produk AFC sudah teregistrasi di MIMS (The Monthly Index of Medical Specialities). Boleh dikatakan, MIMS adalah "kitab sucinya" para dokter. Jika sebuah produk sudah terdaftar di MIMS, maka itu sudah jaminan mutu bagi para dokter.
6. Lewat produk-produk AFC, kita berkesempatan untuk MEMBANTU BANYAK ORANG, khususnya mereka yang menderita penyakit kronis, sulit terobati, bahkan oleh dokter sudah divonis tak akan sembuh. Sudah banyak testimoni ajaib dari orang-orang yang mengonsumsi produk AFC.
7. AFC adalah bisnis network marketing yang bebas dari flexing dan pamer penghasilan. Mereka fokus pada KEKUATAN PRODUK. Oleh karena itu, wajar jika AFC tidak terkenal dan tidak viral seperti bisnis yang kemarin saya jalankan.
Namun dari segi marketing plan dan potensi penghasilan, boleh diadu deh. Aslinya AFC jauh lebih bagus.
8. Dan masih banyak alasan-alasan lainnya sehingga saya memutuskan untuk gabung di AFC.
Nah, apakah Sahabat Sekalian sudah pernah dengar tentang bisnis AFC? Jika belum, yuk baca saja info lengkapnya di https://bit.ly/jy_afc
Semoga bermanfaat, ya...
(Jonru Ginting)
