Tentang LPG 3 KG
Setelah menyimak berita, juga hasil survey di medsos sy sendiri, antrian LPG 3 KG ini jelas terjadi dimana2, massif.
Maka berikut pendapat sy tentang LPG 3 KG ini.
1. Apakah LPG 3 KG langka?
Tidak. Stoknya banyak. Sy yakin soal ini. Pemerintah hanya mengubah kebijakan menjual LPG 3 KG di pangkalan, bukan lagi di pengecer. Agar harganya sesuai HET, dan agar yang beli memang orang2 berhak. Ada subsidi 80 trilyun setiap tahun utk LPG 3 KG ini, jika diperbaiki, hanya orang2 berjak yg dapat, maka itu bisa menghemat 40 trilyun saja, lumayan buat dana makan siang gratis atau buat IKN.
2. Tapi kasihan dong yang antri beli ke pangkalan?
Nggak juga. Dinikmati saja. Sy percaya pemerintah itu niatnya baik. Rakyat miskin itu kan seringnya mager, malas gerak. Selama ini teruuus saja disuapi dgn bansos2, sembako2, bantuan ini itu, nah sesekali latihan baris bebaris gitu loh. Biar otot lengannya kuat. Sambil hujan2an tambah seru. Panas2an, tidak masalah. Jadi bukan hanya anak2nya sj yg dikasih program makan siang gratis, orang tuanya juga dikasih olahraga gratis.
3. Lantas apa solusinya?
Tidak perlu ada solusi apapun. Lanjutkan saja. Paksa rakyat beli LPG 3 KG di pangkalan selesai. Mereka2 ini kan sudah di subsidi Rp 30 ribu loh per tabung. Mereka2 ini juga nggak pernah lapor SPT tahunan, bayar pajak penghasilan boro2. Jadi hitung2, sumbangsih mereka ke negara adalah antri. Berjuang gitu loh. Sejauh2nya pangkalan agen resmi LPG 3 KG ini nggak akan lebih 100 kilometer kan? Tinggal gendong saja itu tabungnya. Pahlawan nasional dulu melawan Belanda, beli LPG 3 KG kok drama. Nah, kalau tdk mau repot, beli gas yg non subsidi. Simpel, kan?
Kurang lebih begitu pendapat sy. Yuk mari lanjutkan. Oke gas, oke gas, dijogetin saja. Teruskan scroll2, klik2, memuji2 politisi idola kalian. Duh keren deh, idola kalian hartanya ratusan milyar, trilyunan, jadi pejabat; kalian? Antri gas LPG 3KG. Hujan2an. Wakakakak, kasihan deh lihatnya.
Idola kalian punya tanah, rumah, bahkan dpt konsesi tanah ratusan ribu hektar. Kalian? Wakakakak. Kasihan deh lihatnya.
Salam buat fufufafa! Merdeka!
*Tere Liye, penulis novel "Teruslah Bodoh Jangan Pintar"