KOMPAS loh yang ngomong.....

[PORTAL-ISLAM.ID]  Dari pengalaman dan pengamatan saya, biasanya keributan tentang "ibadah bersama di rumah", itu muncul karena pelaku bukan warga setempat, jadi ia tidak menetap dan tidak  punya rumah kampung tersebut. 

Pelakunya adalah orang yang kontrak atau kost, kemudian mengumpulkan teman-teman seagamanya yang semuanya orang luar, bukan warga kampung itu, dan dilakukan secara rutin, berkala tidak hanya sekali atau dua kali saja. 

Makanya, biasanya keributan itu melibatkan ketua RT yang menjadi penyambung lidah aspirasi warga. Tapi pada banyak kasus ya memang tujuannya untuk bikin ribut, "tuh noh, ada umat yang intoleran".

Misalkan saja kampungmu, ada yang kost, bawa teman-temannya, jumlah banyak, kegiatan sampai larut malam, kadang gaduh dan itu sering dilakukan, bukan hanya sekali. Kemudian ditegur, tapi dicuekin. Mau kamu apakan bro ... ?

Makanya, salut sama Kompas yang jelas menyatakan ini bukan soal intoleransi dan kebencian etnis tapi masalah "etika sosial". Ini Kompas lho yang bikin investigasi.


Dan mari tandai akun provokator yang suka playing victim untuk menumbuhkan kebencian. Karena, setelah berhasil membuat Jawa menjadi mayoritas bungkam, maka memang yang sedang dikerjai adalah umat di area Pasundan, Banten, Betawi dan Padang. 

Anginnya sedang bertiup ke sana.

(Arif Wibowo)
Baca juga :