Yahudi Memang Pengecut

𝐘𝐚𝐡𝐮̄𝐝𝐢 𝐌𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐞𝐜𝐮𝐭

By Arsyad Syahrial

Kejadian kepengecutan Yahūdi ini selalu terus berulang. Ada sebuah kisah yang terjadi selepas Perang Badr al-Kubro, di mana seorang bandot tua Yahūdi pedagang emas dari Banī Qoinuqō‘, mengisengi seorang perempuan Muslimah yang berdagang di pasar mereka. Maka tercabiklah baju perempuan Muslimah itu.

Perempuan Muslimah itu berteriak marah karena aurotnya tersingkap, dan seorang laki-laki Muslimīn langsung berdiri untuk membela kehormatan si Perempuan Muslimah itu dengan menghajar bandot tua Yahūdi itu sampai mati. Tak terima, orang-orang Yahūdi Banī Qoinuqō‘ pun mengeroyok laki-laki Muslim hingga ia tewas.

Akibatnya, kaum Mu’minīn pun marah, dan Baginda Rosūlullōh ﷺ‎ pun segera memimpin para Ṣoḥābat رضي الله تعالى عبم untuk mengepung kampung Banī Qoinuqō‘…

Ketika melihat Kaum Muslimin, orang-orang Yahudi segera berlindung di balik benteng-benteng mereka. Pasukan Muhammad mengepung mereka dengan rapat selama 15 hari pada bulan Syawal hingga awal Dzulqaidah tahun 2 Hijriah.

Akhirnya Bani Qainuqa menyerah karena ketakutan melanda mereka.

Rasulullah akhirnya mengusir mereka dari kota Madinah agar tidak tinggal berdampingan dengan kaum Muslimin.

Begitulah keberanian kaum Muslimīn generasi pertama, sehingga 1 dari mereka mampu mengalahkan 10 orang Kuffār, dan jika ada 100 orang dari para Ṣoḥābat generasi pertama itu maka mampu mengalahkan 1.000 orang Kuffār.

Allōh ﷻ‎ berfirman:

“Wahai Nabī, kobarkanlah semangat kaum Mu’minīn untuk berperang. Jika ada 20 orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan 200 orang musuh, dan jika ada 100 orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan 1.000 dari orang kāfir, disebabkan orang-orang yang kāfir itu adalah kaum yang tak mengerti.” [QS al-Anfāl ayat 65].

Namun kini kaum Muslimīn benar-benar lemah, jangankan membela kehormatan saudaranya, bahkan membela jiwanya pun tak mampu…

Faġfirlanā wa nastaġfiruka wa natubu ilaika, yā arḥama rōḥimīn…

Ma'afkan kami, wahai ananda Muḥammad Haitham…

(*)
Baca juga :