Kearifan Guru Sejati

Kearifan Guru Sejati

Seorang pria tua bertemu dengan seorang pemuda, yang bertanya: “Apakah Bapak ingat saya?"

Lelaki tua itu menjawab tidak. Pemuda itu lalu memberitahunya bahwa dia adalah muridnya, dan sang guru bertanya:

“Apa yang kamu lakukan sekarang, apa pekerjaanmu?"

Pemuda itu menjawab:
"Saya menjadi guru."

“Ah, bagus sekali. Seperti saya, ya?"

“Iya. Bahkan, sebenarnya saya jadi guru karena Bapak menginspirasi saya untuk menjadi seperti Bapak."

Pria tua itu penasaran, dan bertanya kapan si anak muda memutuskan untuk menjadi seorang guru. Dan pemuda itu menceritakan kisah ini:

“Suatu hari, seorang kawan sekelas datang di sekolah dengan jam tangan baru yang bagus, dan saya memutuskan untuk memiliki arloji itu. Saya mencurinya, mengambilnya dari sakunya.

“Tak lama kemudian, teman saya sadar bahwa jam tangannya hilang dan segera mengeluh kepada Bapak sebagai guru kami. Lalu Bapak berkata di depan kelas, 'Jam tangan murid ini dicuri selama pelajaran hari ini. Siapa pun yang mencurinya, harap mengembalikannya.'

“Saya tidak mau mengembalikannya. Bapak menutup pintu dan memerintahkan kami semua untuk berdiri dan membentuk lingkaran. Bapak akan mencari di saku kami satu per satu sampai jam tangan itu ditemukan.

“Tapi Bapak meminta kami untuk menutup mata, karena Bapak hanya akan mencari jam tangan itu jika kami semua menutup mata. Kami pun melakukannya sesuai instruksi.

“Bapak bergeser dari satu saku ke saku lainnya, dan ketika Bapak melewati saku saya, Bapak menemukan jam tangan itu dan mengambilnya. Bapak terus mencari di saku semua orang, dan setelah selesai, Bapak berkata, ‘sekarang bukalah mata kalian. Saya sudah menemukan jam tangannya.

“Bapak tidak melaporkan saya, dan tidak pernah menyinggung episode itu. Bapak juga tidak mengatakan siapa yang mencuri jam tangan tadi. Hari itu Bapak menyelamatkan martabat saya selamanya. Itu adalah hari paling memalukan dalam hidup saya.

“Tapi itu juga hari terpenting bagi saya, sebab saat itulah saya memutuskan untuk tidak menjadi pencuri, menjadi orang jahat, dan sebagainya. Bapak tidak mengatakan apa pun, dan bahkan tidak memarahi saya atau memanggil saya untuk memberikan pelajaran moral.

“Saya menerima pesan Bapak dengan jelas. Berkat Bapak, saya mengerti apa yang harus dilakukan oleh seorang pendidik sejati.

“Apakah Bapak ingat episode itu?”

Guru tua menjawab, "Ya, saya ingat situasi tentang pencurian jam tangan itu, yang saya cari di saku semua murid. Tapi saya tidak ingat kamu, sebab saya juga menutup mata saat mencarinya.”

Pak Guru tua mengerti bahwa cara yang benar untuk mendidik seseorang bukanlah dengan menghina atau mempermalukannya. (Hamid Basyaib)

*Sumber: EYA Oliver Uchenna

Baca juga :