Partai Pontang Panting (PPP)
Oleh Asyari Usman
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) hari Rabu (26 April 2023) resmi mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres). Pilihan ini mungkin tepat kalau dilihat kondisi para pengurusnya.
Tetapi, sejak lama grass root (akar rumput) PPP tidak sejalan dengan para petinggi partai. Di mana-mana kader Partai Ka’bah berontak. Terangan-terangan mencela berbagai tindakan pimpinan mereka.
Hari ini pimpina Gerakan Pemuda Ka’bah (GPK) Purworejo, Jawa Tengah, menolak pencapresan Ganjar oleh pimpinan PPP.
Jajaran pimpinan partai ini memang sedang pontang panting untuk menyelamatkan diri mereka. Bukan menyelamatkan partai. Anehnya, mereka terjun ke lembah komodo. Tentu ancaman kematian semakin dekat.
PPP serius terancam keluar dari Senayan kalau perolehan suara mereka di pemilihan legislatif (pileg) 2024 nanti di bawah ambang batas 4%. Saat ini, PPP berada di angka 4.52%. Di ujung tanduk pada pileg tahun depan. Sangat mungkin tenggelam di bawah 4%.
Karena itulah, para petinggi PPP mengekor ke Ganjar untuk mendapatkan pelampung. Semoga tak jadi terusir dari Senayan.
Barangkali para pimpinan PPP berpendapat mendukung Ganjar akan mendapatkan banyak hadiah. Yang mereka harapkan sekali adalah “coattail effect” (dampak ekor jas). Dalam arti, kalau elektabilitas Ganjar tinggi dan menang pilpres, maka PPP akan ikut naik juga. Setidaknya bertahan pada angka empat koma sekian agar bisa terus berkiprah di DPR.
Pragmatisme lain yang sedang ditunjukkan oleh pimpinan PPP adalah soal konsesi finansial karena mendukung Ganjar. Hadiah ini tentunya sangat diharapkan. Diperkirakan, sesuai SNPI (Standar Nasional Perpolitikan Indonesia), para pembesar PPP pasti akan menerima santunan besar dari penyandang dana Ganjar. Tak mungkin dukungan ini tanpa imbalan.
Namun, apakah benar mencapreskan Gajar akan mengangkat perolehan suara PPP? Tidakkah jajaran pimpinan partai ka’bah melakukan miskalkulasi?
Kelihatannya mereka salah langkah. Survei yang dilakukan Indikator Politik menunjukkan perolehan suara PPP bersikar di angka 2.3%. Di bawah Perindo (Hari Tanoe) yang diprediksi merebut suara 2.4% di pileg 2024 nanti.
Pimpinan PPP keliru jika beranggapan langkah mereka mendukung Ganjar akan menyelamatkan partai. Yang akan terjadi justru sebaliknya. Massa pendukung PPP akan lari ke partai-partai lain yang teguh mendukung Anies Baswedan.
Jadi, alangkah sayangnya kalau PPP malah akan tenggelam di bawah 4% akibat salah mendukung capres. Mereka sengaja melawan aspirasi pendukung setia yang menghendaki Anies.
Sebenarnya bisa dipahami. Pengurus PPP sedang menghadapi situasi hidup-mati. Life and death situation. Mungkin mereka tak bisa lagi berpikir jernih. Setiap hari dilanda ayan kepanikan.
Sehingga, mereka malah membuat PPP menjadi Partai Pontang Panting yang tak tentu arah. Kilauan gurun pasir disangka oase yang akan menghilangkan dahaga. Mereka tertipu.
(Jurnalis Senior Freedom News)