ISSUE INTOLERAN
Oleh: Budi Saks
Hal lain yang menarik dari kisah-kisah di Cianjur beberapa waktu lalu diantaranya ialah munculnya issue tak sedap mengenai warga Cianjur yang dicap intoleran dan arogan terhadap beberapa kelompok yang datang dengan "ramah" membawa berbagai macam bantuan.
Tentu ini issue tak sedap yang merugikan warga Cianjur sendiri karena bisa berdampak pada pihak pihak donatur yang bisa jadi mengurungkan niatnya untuk memberikan bantuan kepada korban bencana.
Toleransi pada hakikatnya adalah membiarkan dan tak mengganggu/menghasut suatu kelompok masyarakat yang telah memiliki budaya maupun kepercayaan yang telah menjadi kebiasaan lokalnya dengan paham paham asing yang dipaksakan walau dengan metode dan modus yang halus dibalut gerakan sosial simpatik penuh empati.
Malam 6 Desember 2022 kedua orang ini (foto atas) bertandang ke sekretariat kami di jln. Abdullah bin Nuh kota Cianjur sekitar pukul 20.00 memperkenalkan diri dari posko Gusdurian Peduli bencana gempa Cianjur.
Kedua perwakilan posko Gusdurian ini mendengar bahwa posko kami mulai kekurangan logistik sementara permintaan bantuan logistik terus berdatangan ke posko kami.
Hal ini kami benarkan karena memang banyak sekali warga-warga di pengungsian yang jumlahnya ribuan posko darurat dengan populasi total lebih seratus ribu jiwa terus menyampaikan permintaan logistik sampai-sampai tim asessment kami masing-masing nyaris hanya tidur 2 jam per harinya karena sibuk mencocokan data dengan arus keluar masuk logistik.
Lebih jauh kedua orang tamu ini menyampaikan bahwa posko mereka siap membantu berapapun jumlah yang kami minta karena dukungan dana dan logistik mereka tak terbatas (busyet) karena sumber mereka dari salah satu gereja di Jakarta namun dengan syarat mereka boleh memasang simbol-simbol gereja di tenda-tenda dan lokasi pengungsian serta program program "pendampingan" yang mereka siapkan.
Aku yang sedang duduk di pojokan ruang sambil menulis daily report terkejut mendengar hal ini.
Lalu mereka lanjutkan "kami selalu menerima penolakan di beberapa lokasi padahal niat kami baik dan tulus seperti merpati".
"Tulus kok pake syarat kalo tulus ya dibagi aja gausa banyak modus cuk" ucapku dalam hati, menjaga kesopanan pada tamu dengan tak melontarkan seucap kata pun, beda perkara bila jumpa dilapangan to.
Para pengurus sekretariat pun menerima informasi mereka dengan baik dan akan segera membawa tawaran ini dalam rapat kerja harian, lalu kedua orang itupun berpamitan tanpa sadar aku yang terpantik naluri jurnalistikku mengambil gambar mereka dengan gaya investigasi.
Lepas malam itu paginya para pengurus aku beri briefing kilat perkara hal semalam yang isinya anda bisa tebak sendiri.
Pertanyaannya apakah hal ini bukan malah suatu tindakan intoleran alih-alih menuduh pihak penolak yang intoleran padahal merekalah yang datang dengan modus intoleran?
Kenapa jadi malah memutarbalikan fakta?
Padahal rumus fisikanya dimana ada aksi maka disitu ada reaksi. Lalu kenapa reaksinya yang dihakimi?
Yang jelas sekarang terbongkar di mataku bahwa modus-modus pemurtadan memanglah ada dan yang mengejutkan mereka tak cuma memakai tangan mereka sendiri namun juga meminjam tangan pihak lain termasuk yayasan yang seakan muslim yang mereka gelontorkan dana dan kekuatan logistik tak terbatas seperti kata cangkem kedua cecunguk tadi.
Waspada dan Awasi...
*Nb:
Sampai kisah ini ditulis dan diangkat kelaman ini kabar pemurtadan di lokasi bencana tetap berlangsung dan dari info aktivis-aktivis asli warga Cianjur setidaknya sudah ada empat KK yang berhasil mereka murtadkan dengan bantuan yang lebih dari cukup buat mereka jadi makmur dibanding tetangga-tetangga sekitar, sementara beredar kabar juga bila ada modus lain yaitu dengan mengadopsi anak anak yang orang tuanya meninggal lalu dibawa keluar daerah untuk dicuci otak pindah keyakinan tentu saja.
25 Desember 2022
(Sumber: fb)