[PORTAL-ISLAM.ID] Timothy John Winter (lahir 15 Mei 1960) adalah seorang akademisi, teolog Inggris yang masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Abdal Hakim Murad.
Dia adalah Pendiri dan Dekan Cambridge Muslim College, sebuah institut yang dirancang untuk melatih para imam Inggris.
Islam adalah agama yang besar dan senantiasa menghadirkan peradaban besar. Demikian dikatakan Timothy John Winter, dalam sebuah wawancara dengan John Cleary, reporter radio ABC, Inggris, pada musim dingin, April 2004.
Menurut Timothy, peradaban besar yang dihasilkan Islam menyebar dari Timur Tengah ke berbagai penjuru dunia. Lihatlah Alhambra di Spanyol, Taj Mahal di India, dan lainnya. Semuanya merupakan salah satu peradaban Islam dalam dunia arsitektur, ujarnya.
Tim menjelaskan, Islam memiliki beragam tradisi yang berbeda-beda antara satu negara dan negara lainnya, termasuk dalam memberikan pujian untuk Allah dan Nabi Muhammad SAW. Misalnya, kata dia, tradisi Islam di Afrika berbeda dengan tradisi Islam di Turki, Uzbekistan, Melayu, Bosnia, dan lainnya. Namun, kata dia, semua itu menggambarkan satu peradaban.
Islam bersumber dari satu dan beragam tradisi itu untuk satu tujuan, yakni Allah. Mereka semua menghadapkan diri ke satu tempat saat berdoa dan sujud, yakni ke arah Makkah yang menjadi kiblat semua umat Islam di seluruh dunia, paparnya.
Itulah yang mengawali perkenalan Tim Winter menjadi seorang Muslim.
Tim Winter adalah putra seorang arsitek dan seniman.
Tim Winter masuk Islam pada 1979. Dia dulunya seorang Katolik.
Ia dididik di Westminster School dan lulus dengan gelar ganda pertama dalam bahasa Arab dari Pembroke College, Cambridge pada 1983. Dia kemudian melanjutkan studi di Universitas Al Azhar di Kairo dan melanjutkan studi pribadi dengan para ulama di Arab Saudi dan Yaman. Setelah kembali ke Inggris, ia belajar bahasa Turki dan Persia di Universitas London.
Pekerjaan besar dan proyek Islam
Pada tahun 2009 Tim Winter (Abdal Hakim Murad) membuka Cambridge Muslim College, sebuah institut yang dirancang untuk melatih para imam Inggris.
Murad juga memimpin Persekutuan Anglo-Muslim untuk Eropa Timur, dan Proyek Sunnah yang telah menerbitkan edisi-edisi ilmiah Arab terkemuka dari koleksi Hadits Sunni utama.
Dia menjabat sebagai sekretaris Muslim Academic Trust.
Murad aktif menerjemahkan teks-teks Islam utama ke dalam bahasa Inggris termasuk terjemahan dua jilid Ihya Ulum al-Din karya sarjana Islam al-Ghazali.
Publikasi akademisnya mencakup banyak artikel tentang teologi Islam dan hubungan Muslim-Kristen serta dua buku dalam bahasa Turki tentang teologi politik. Resensi bukunya terkadang muncul di Times Literary Supplement. Ia juga editor Cambridge Companion to Classical Islamic Theology (2008) dan penulis Bombing without Moonlight, yang pada 2007 dianugerahi Penghargaan Raja Abdullah I untuk Pemikiran Islam. Murad juga merupakan kontributor untuk BBC Radio 4's Thought for the Day.
Proyek Masjid Cambridge
Murad adalah pendiri dan pemimpin proyek Masjid Pusat Cambridge yang telah mengembangkan masjid baru di Cambridge untuk menampung hingga 1.000 jamaah. Masjid ini adalah "masjid ramah lingkungan" dengan ketergantungan besar pada energi hijau dan jejak karbon hampir nol. Mengenai proyek tersebut, Murad menyatakan, "Ini akan menjadi bangunan tengara kelas dunia yang sangat substansial di tempat yang dianggap oleh beberapa orang sebagai bagian bawah Cambridge."
Masjid ini akhirnya selesai dan diresmikan oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Kamis, 5 Desember 2019.
‘Masjid ramah lingkungan’ pertama di Eropa diresmikan Presiden Turki
Presiden Turki Recep Erdogan meresmikan 'masjid ramah lingkungan' pertama di Eropa yang berlokasi di Cambridge, Inggris, Kamis (5/12/2019).
Masjid yang berlokasi di Mill Road ini menelan biaya £23 juta, atau setara Rp422 miliar, memiliki kapasitas 1.000 jemaah dan dijuluki sebagai "masjid ramah lingkungan pertama di Eropa".
Masjid tersebut didesain agar tidak memproduksi emisi karbon, dapat menyerap air hujan, dan sirkulasi udara yang dapat mengeluarkan udara panas dari dalam ke luar.
Masjid ini dirancang oleh Marks Barfield Architects, yang memenangkan kontrak pada tahun 2009.
Izin perencanaan pembangunan dikeluarkan otoritas setempat pada tahun 2012.
Sang arsitek di balik "masjid ramah lingkungan" ini, mengatakan bangunan itu akan menjadi "jembatan budaya" bagi Islam di Inggris pada abad ke-21.
Pendonor utama masjid ini adalah konsorsium lembaga pemerintah di Turki, bersama dengan perusahaan swasta Turki dan Dana Nasional Qatar.
Juru bicara masjid, Abdal Hakim Murad, mengatakan sekitar 6.000 umat Muslim di kota itu harus beribadah secara bergiliran di pusat-pusat agama Islam yang lebih kecil dan penuh sesak, serta rumah-rumah yang diubah menjadi tempat ibadah. Sehingga sebuah kebutuhan mendesak mendirikan masjid yang mampu menampung jamaah.
"Ada kebutuhan mendesak akan masjid yang layak di Cambridge, ini adalah ide yang sudah terlambat," ujar Abdal.
"Cambridge adalah kota global tetapi lambat untuk memiliki ruang multi-budaya seperti ini," imbuhnya.
Masjid ramah lingkungan tersebut memiliki ruangan shalat, ruangan wudhu, dan ruangan akomodasi untuk keluarga imam serta tamu-tamu.
*Referensi: