SYAFII–AMIEN–DIN:
SATU MUHAMMADIYAH, TIGA KECENDERUNGAN
Oleh: Dr. Moeflich Hasbullah (Pakar Sejarah Islam, Dosen UIN Bandung)
Muhammadiyah memiliki tiga tokoh puncak yang berpengaruh. Tiga tokoh itu, Prof. Ahmad Syafii Maarif, Ph.D. (lahir 1935), Prof. Muhammad Amien Rais, M.A., Ph.D (lahir 1944) dan Prof. KH. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, M.A., Ph.D. (lahir 1968) atau dikenal dengan Din Syamsuddin.
Ketiganya sama-sama doktor lulusan Amerika, ketiganya profesor dan ketiganya pemikir dan intelektual. Ketiganya juga bukan hanya tokoh menonjol Indonesia tapi uniknya ketiga memiliki kecenderungan yang berbeda.
(1) Syafii Maarif, yang kelahiran Minangkabau Sumatera, makanya dipanggil Buya, mewarisi gurunya Fazlur Rahman, lebih ke pemikir Muslim modernis dan kritikus yang tajam. Islam sebagai nilai-nilai universal, moderat, menciptakan Islam yang damai dan toleran serta mengecam politisasi agama lebih merupakan karakter pemikirannya sehingga didekatkan lebih ke kalangan liberal. Karenanya, cenderung agak kurang menangkap emosi umat yang bersemangat politik agama bahkan sering mengkritiknya. Sebagai sama-sama Minangkabau, dalam hal ini, Syafii berbeda dengan dua tokoh besar Minangkabau lainnya yaitu Muhammad Natsir dan Buya Hamka. Karenanya, di kalangan gerakan politik Islam dan masyarakat bawah, ia tampak kurang mendapat tempat. Diidolakan di kalangan terpelajar dalam kultur Barat. Ia mendapat penghargaan internasional sebagai tokoh toleransi agama.
(2) Amien Rais tokoh gerakan yang mewarisi Sayyid Qutb dan dekat ke kalangan pergerakan. Amien Rais dilihat sebagai lulusan Barat yang tidak terbaratkan. Sebagai dosen ilmu politik internasional di UGM, nampaknya ilmu politiknya sangat mempengaruhi jiwanya untuk selalu terjun ke dunia politik. Makanya, Amien Rais adalah tokoh utama atau lokomotif gerakan reformasi saat menjatuhkan Soeharto. Amien pun adalah tokoh intelektual yang menyerang Ahok, berada di kubu Prabowo, tokoh gerakan 212, tegas melawan pengaruh asing dan Cina di Indonesia yang dilihatnya berada di belakang pemerintahan Jokowi. Amien berada di barisan yang memenangkan Anies Baswedan. Amien tampak berbeda dengan Syafii Maarif. Amien adalah pemikir dan aktifis politik.
(3) Din Syamsuddin, kelahiran Sumbawa, Nusa Tenggara Barat 1958, di sisi lain, lebih mewarisi keulamaan Yusuf Qardhawi. Menjadi Ketua MUI menggantikan KH. Sahal Mahfudz adalah komitmen keulamaannya. Sikap dan pemikirannya agak menengah tapi ada ketegasan pro Islam. Dien adalah penyuara aspirasi politik Islam tapi moderat. Berbeda dengan Buya Maarif, dua sosok Amien Rais dan Din Syamsuddin bersikap kritis pada kekuasaan.
Perbedaan kecenderungan ketiga tokoh itu adalah konfigurasi keragaman khazanah intelektual di Muhammadiyah sebagai ormas besar Islam modernis yang lebih mengagendakan pendidikan modern dan Islam berkemajuan.
Buya Syafii, baru wafat mendahului dua yang lainnnya, telah menggoreskan pemikiran-pemikiran yang mencerdaskan umat dan bangsa dalam banyak karyanya. Allahu yarham, lahul fatihah …
(*)