Berharap Pak Amir Menjadi Umar
Oleh: Anugrah Roby Syahputra*
Pagi ini (Jumat, 04/03/2022) sebuah kabar duka menghampiri kampung kami, Kelurahan Payaroba, Kecamatan Binjai Barat. Seorang siswi SDIT Al Fityah meninggal dunia saat hendak berangkat sekolah.
Namanya Faiza Nediva, siswi kelas VI. Faiza, warga Perumahan Kaktus, Kelurahan Pahlawan, Binjai (Sumut), yang dibonceng kakaknya jatuh ke sebuah lubang besar menganga di badan jalan. Lalu dilindas sebuah truk. Muslimah shalihah ini wafat di tempat saat hendak menuntut ilmu. Sang kakak yang mengemudi dikabarkan masih syok dan histeris melihat sang adik yang cerdas bersimbah darah.
Kecelakaan di Jalan Umar Baki ini bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya ada seorang balita yang wafat karena terjatuh bersama Ibunya lalu dilindas truk juga. Dalam memori warga setidaknya sudah dua nyawa melayang akibat kondisi jalan yang rusak parah.
Warga bukannya diam. Sudah berulangkali warga berunjukrasa. Tapi yang didapati hanya janji. Seperti di November 2021, Sekda Binjai Irwansyah Nasution membuai warga dengan janji akan membeton jalan di tahun 2022.
Namun apa yang terjadi? Di tahun 2022, kondisi jalan kian parah. Tiap hari debu mengepul. Begitu hujan mengguyur kita akan menyaksikan kumpulan kolam. Apalagi dengan nyaris rubuhnya Titi Besi, jembatan yang menghubungkan pusat kota Binjai dengan Jalan Gatot Subroto menuju Kuala-Bukit Lawang mengakibatkan seluruh truk dan bus arah destinasi wisata di Taman Nasional Gunung Leuser tersebut melalui Jalan Umar Baki di kampung kami.
Tak cuma korban wafat, yang jatuh dan luka-luka pun banyak. Ada tetangga kami yang sudah jadi korban karena terperosok ke lubang di dekat Masjid Nurul Huda.
Maka di awal Februari 2022, warga kembali berdemonstrasi. Kali ini sekaligus menutup jalan. Akhirnya Walikota Binjai Amir Hamzah datang membujuk warga agar bubar dan membuka akses jalan. Beliau membawa iming-iming anggaran Rp20 milyar.
“Saya janji akan segera memperbaiki jalan ini, tadi sudah kita diskusikan, jadi anggaran untuk pembangunan jalan di tahun 2022 dianggarakan Rp10 miliar, dan pada tahun 2023 juga Rp10 miliar. Diharapkan dengan anggaran tersebut, jalan dari mulai simpang Pertanian sampai simpang Paya Roba itu sudah mulus nantinya, itu janji saya,” kata Amir, Rabu (2/2/2022) dinihari, sekitar pukul 23.40 WIB sebagaimana dikutip Digtara.
Namun sampai hari ini belum ada tanda-tanda perbaikan. Truk berbagai ukuran yang secara tampilan fisik diduga membawa muatan berlebih terus merayap menambah hancur kondisi jalan.
Hari ini seorang siswi pun harus berpulang. Sampai jatuh berapa korban lagikah baru ada perhatian dan kepedulian?
Sejumlah warganet yang kesal berujar sinis, "Kenapa waktu Pak Jokowi datang ke Binjai nggak dibawa lewat jalan sini?"
Orang-orang tahu bahwa semua lokasi dan jalur yang dilalui Bapak Presiden dipermak habis jadi mulus.
Teringat saya dengan salah satu pemimpin terbaik dunia, Umar bin Khattab. Ketika menjadi Khalifah ia pernah bertutur, "Seandainya seekor keledai terperosok ke sungai di kota Baghdad, nicaya Umar akan dimintai pertanggungjawabannya dan ditanya, ‘Mengapa engkau tidak meratakan jalan untuknya?’."
Umar yang berdomisili di Madinah saja memikirkan sebuah lubang di Baghdad. Bahkan hanya seekor keledai terperosok saja sudah menggelisahkan hatinya.
Bagaimana dengan manusia? Apakah nyawa manusia kini dan di sini tak lebih berharga daripada keledai?
*fb penulis (Jumat, 04-03-2022)