Oleh: A.R Maturi
Salam Saudara Seiman di Ranah Minangkabau maupun di Rantau.
Karena di Bukittinggi tidak ada shalat Idul Adha di Lapangan Kantin, lapangan luas yang mempertemukan para perantau dengan handai taulannya di kampuang halaman, jadi pada hari raya Idul Adha 1422 H kemarin, kami mencari dimana ada masjid yang menyelenggarakan Shalat Idul Adha di lapangan, akhirnya dapatlah informasi bahwa di Surau Buya Gusrizal Gazahar (Ketua MUI Sumbar) ada dilaksanakan di lapangan.
Jamaah datang, disambut dengan protokol kesehatan yang ketat, walaupun shalat di lapangan terbuka, tetap ada jalur masuk ke lapangan dari satu arah, untuk bisa masuk ke jalur itu, terlebih dahulu sebelumnya sudah disambut oleh petugas yang memberikan masker dan mengarahkan jamaah untuk mengecek suhu tubuh terlebih dahulu. Dudukpun dijarakkan, selang seling. Ketika Shalat saja dirapatkan shaf, dengan surah pendek Al - A'la dan Al - Ghasiah, suara Buya Gusrizal ternyata aslinya bernada rendah namun lembut ditelinga.
Beberapa point khutbah Buya Gusrizal jadi catatan penting bagi saya, terutama soal PPKM dan ibadah di Masjid.
Saya mendengar sekali bahwa Beliau mengatakan "Saya tidak akan menyuruh orang berbondong-bondong ke Masjid, karena pada dasarnya sebelum ada Covid-19 ini, masjid masjid yang rata-rata berkapasitas ratusan bahkan ribuan jamaah tidak ada yang pernah terisi 25% ".
Mendengar itu, saya jadi teringat dalam beberapa perjalanan, saat singgah di beberapa Masjid mewah, megah, satu shaf saja kadang tak terisi. Hal lebih jelas kemudian disampaikan Buya Gusrizal "Justru kami (MUI Sumbar) menganjurkan bagi yang dalam keadaan kurang sehat untuk shalat di rumah saja, bagi yang ingin meningkatkan kewaspadaan terhadap wabah ini, juga boleh silahkan di rumah saja, ada Rukhsah (Keringanan)."
Sampai disini, saya tidak melihat dan mendengar bahwa upaya MUI Sumatera Barat mempersulit proses penanganan covid di Sumatera Barat.
Buya Gusrizal hanya tidak setuju menutup Masjid dan membiarkan masjid tak berkegiatan ibadah, adapun bagi masyarakat yang sehat dan mampu melangkah ke Masjid, beliau tegaskan untuk jangan menganggap remeh wabah ini, dan tegas meminta jamaah dan pengurus-pengurus masjid mematuhi protokol kesehatan saat beribadah, beliau juga jelaskan hukum memakai masker yang dibolehkan ketika sujud shalat.
Terakhir beliau menegaskan, jikalau semua publik area dan fasilitas publik lainnya sudah harus ditutup dan wabah ini masih tidak terkendali, barulah Masjid ditutup, tegas beliau.
Lalu dimana salahnya MUI Sumbar yang bagi sebagian media dan beberapa tokoh bangsa dianggap tidak mau bekerjasama mengentaskan Covid-19?
(Sumber: HarianHaluan)