Tere Liye: Larangan Mudik Lucu

Cuma Ditertawakan Saja

1. Larang mudik itu oke. Bagus sekali. Lihat China, mereka bahkan lockdown total, sekali khawatir dgn angka-angka. Cukup pasien bertambah hitungan jari, lockdown satu kota/provinsi. Tapi mereka konsisten dan senada dgn hal lain. Larang, maka dilarang semua.

2. Karena virus corona itu menyebar tidak mengenal kamu jalan-jalan karena mudik, karena pekerjaan, karena dinas, apalagi karena kondangan, meresmikan sesuatu, wisata, dll.

3. Jadi, kalau mau akal sehat sih, sekali dilarang, maka larang semua aktivitas. Kayak China lah di awal-awal. Sukses mereka. Ekonomi betulan meroket di China karena strategi perangnya berhasil. Atau sekali boleh, maka boleh semua aktivitas, yang penting prokes ditegakkan. Susah menegakkan prokes? Memang. Karena elu sendiri dulu nyontohin sih. Persis di titik awal paling krusial, teladan itu penting.

4. Karena lucu, elu larang ini, eh yang lain boleh. Lihat itu kedatangan warga asing di Indonesia. Mereka terus masuk, masuk, dan masuk. Membawa varians baru, dll. Itu tdk konsisten dan tdk senada. Kamu kira corona itu hanya menyerang orang gara2 mudik saja? Tidak. Bisa nyerang gara2 kondangan, bisa nyerang gara2 dinas keluar kota, halan2, dll. Corona itu bisa nyerang di mall, dll. Bukan di sekolah doang.

5. Belum lagi, soal mudik ini; elu larang habis2an, bahkan sejak 22 April sudah resmi dilarang, tapi lihat praktik lapangan, pejabat dan keluarganya mudik tidak? Di daerah2, pejabat dan keluarganya pas lebaran keluar kota tidak? Lihatlah, rakyat disuruh mengurangi perjalanan, tapi ssst, siapa yang berlomba2 menghabiskan anggaran perjalanan di akhir tahun 2020 kemarin? Juga acara2 di hotel, dll? Pun saat pejabat kok santai sj ke LN, ada yg ke Hawai, pulang2 ditangkap KPK. Mereka bebas kemana2 pakai uang negara. Kok rakyat kemana2 tidak boleh? Padahal pakai uang sendiri.

6. Nah, kamu harus tahu, cuy. Saat elu larang2 begini, jutaan orang yg benar2 menggantungkan hidupnya dari aktivitas musiman seperti lebaran, kemana mereka harus nyari rezeki? Elu mah enak, dilarang apapun, gaji tetap ngalir. Bonus/tantiem tetap dapat. Bahkan yg kena dipotong sekalipun, tetap dapat? Lantas yg benar2 harus mengais rezeki saat lebaran? Agar mereka bisa menghidupi keluarga? Mudik dilarang, konsumen mereka habis. 

7. Jadi, saya benar2 menghimbau aparat penegak hukum di lapangan. Selalu gunakan nurani dan lemah lembut saat menindak masalah mudik ini nanti. Kalian juga manusia, bukan? Tidak perlu sok galak, sok berkuasa, apalagi sok paling taat. Kalian juga pas menindak, banyak yg maskernya salah pakai, atau malah dilepas. Tidak usahlah bergaya sekali sok paling disiplin.

8. Corona ini sudah setahun lebih. Di Jakarta saja, rasio yg kena sudah 1:30. Itu artinya di setiap 30 penduduk, ada 1 yg kena. Itu artinya lagi, setiap 8-15 rumah, ada 1 yg kena. Itu artinya lagi, ITU VIRUS sudah ada di setiap gang, setiap jalan, setiap jengkal. Kalau kamu mau heboh, duluuu, pas awal2 corona, contoh China. Lah, sudah setahun lebih, kadang panik sendiri, kadang longgar sendiri. Bingung. Itu virus sudah dimana2. 

Baiklah. Semoga kita semua senantiasa sehat. Ayo, terus disiplin prokes. Pakai masker di tempat publik, jaga jarak, cuci tangan. Insya Allah dengan bulan puasa begini, imunitas kita meningkat. SEKALI LAGI, TETAP TEGAKKAN PROKES!

Mau apapun regulasi pemerintah, nasib, kita tetap harus kerja, kerja dan kerja. Maka semoga rezeki keluarga kalian tetap mengalir cukup.

Tabik.

(By Tere Liye)

*sumber: fb

Baca juga :