Presiden terpilih Joe Biden dan wakilnya Kamala Harris akan dilantik pada Rabu (20/1/2021) besok.
Kondisi AS saat ini di titik nadir. Masyarakat terbelah antara pendukung Trump-Biden. Perang Saudara yang pernah pecah, bisa kembali terulang.
Kebanyakan negara muslim saat ini masih bergantung sangat besar kepada AS, hanya Turki saat ini yang lebih leluasa dalam bergerak.
Cita-cita kedaulatan yang dicanangkan Erdogan dan AKP membuahkan hasil. Turki mampu mandiri dari banyak isu walaupun ditengah tekanan dan sanksi.
Kebanyakan negara muslim saat ini selalu menunggu apa yang terjadi dalam politik AS, tapi Turki tidak pernah mau tau banyak tentang lanskap politik AS atau negara besar lain. Karena platform Erdogan sejak awal tidak mengarahkan Turki jadi negara follower.
Platform Erdogan sama dengan platform para pemimpin negara besar, bukan platform yang mengekor kepada negara negara besar.
Turki mampu memainkan peran sentral dan strategis dalam banyak isu-isu panas di dunia, karena sejak awal Erdogan selalu punya prinsip independen dan saling menghormati dalam bergaul dengan dunia internasional.
Lanskap geopolitik internasional yang terus berubah ubah tetap mampu ditangkap oleh Erdogan dengan baik dan menyikapinya dengan tepat.
Sehingga jangan heran, Turki mampu bergandengan tangan dengan cina, akrab dengan Rusia dan punya posisi tawar yang terhormat di depan AS.
Turki sebagai negara muslim terkuat saat ini mampu membuktikan bahwa muslim mampu mengelola demokrasi dengan baik dan menguntungkan Turki.
Erdogan memiliki kapasitas kepemimpinan yang mumpuni yang mampu mendorong negara sakit ini dulu menjadi salah satu kekuatan dunia saat ini.
Saat ini, Eropa berharap baikan dengan Turki, Inggris berharap punya hubungan khusus dengan Turki, Cina memberi karpet merah untuk Turki, AS juga tidak terlalu lancang dengan Turki. Begitulah dunia, dia hanya mau mendengar orang-orang kuat.
Erdogan seolah paham betul dengan kata kata mantan Menlu Israel Avigdor Liebermann, yang mengatakan tidak ada kesempatan kedua bagi yang lemah di Timur Tengah atau dimanapun. Menjadi kuat dan mandiri adalah wajib.
Turki dibawah Erdogan tidak lagi mengurus hal-hal sepele dan debat ideologi tak berkesudahan. Tapi dia bergerak menuju kekuatan ril yang membuat semua orang mau diajak bicara dengan posisi setara.
Dibawah Erdogan, Turki tidak lagi sibuk dengan hal hal remeh temeh dan menjadi korban permainan kekuatan dunia, tapi dia bergerak menjadi salah satu "game changer" (pengubah permainan) dalam berbagai isu-isu penting dunia.
Inilah sejatinya seorang pemimpin, mampu mengubah kerumunan menjadi kekuatan, tidak lagi berkutat pada hal-hal kecil yang masih menjadi ciri khas para pemimpin di negara-negara Muslim.
Di titik ini, jejak-jejak Erdogan selalu menarik untuk dipelajari terus menerus agar gaya berpolitik kaum islamis khususnya bisa lebih dewasa dan naik kelas.
(Tengku Zulkifli Usman)