Modal Nikah Nabi Musa, Bukan Pinjam Tapi Kerja


Bukan Pinjam Tapi Kerja

Waktu Nabi Musa hendak menikahi puteri Nabi Syu'aib, Beliau terkendala masalah mahar.

Saat itu tak sepeserpun uang di kantongnya. Sudah bisa selamat dari kejaran tentara Firaun saja sudah untung banget. Boro-boro bawa duit buat nikah.

Nabi Syu'aib tahu betul bahwa Nabi Musa itu tongpes alias kantong kempes tak punya uang. Tapi mahar tetap mahar yang kudu dibayarkan.

Solusinya ternyata bukan menggratiskan mahar. Saya tidak tahu apakah syariah yang berlalu pada masa itu memang tidak boleh gratis atau tidak. Kalau di syariat Nabi Muhammad sih bisa cincay.

Tapi yang saya lihat hikmahnya, biar bagaimana pun Nabi Musa tidak terinjak harga dirinya. Nikahnya bukan karena belas kasihan mertua. Nabi Musa tetap bayar mahar, meski pun dicicil.

Mencicilnya pun pasti, yaitu dengan cara kerja, peras keringat, banting tulang. Kalau duit memang tidak punya, tapi modal yang lain dia punya, yaitu fisiknya kuat dan mentalnya jujur terpercaya.

إن خير من استئجرت القوي الأمين

Sesungguhnya sebaik-baik orang yang Anda pekerjakan adalah orang yang kuat dan amanah (terpercaya). (QS. Al-Qashash :26)

Bagi Nabi Syu'aib, jelas sekali keuntungannya, yaitu dapat tambahan human resources yang handal. Kuat pisiknya, tipe pekerja, rajin, kerjanya getol. Plus orangnya jujur, amanah, bisa dipercaya.

Buat Nabi Musa juga jelas kedudukannya di depan mertua tidak ditindas dan dikecilkan. Keberadaannya disitu bukan benalu tidak berguna. Bukan cuma nebeng numpang hidup. Dia punya jati diri, peran dan harga diri.

Tapi suksesnya Nabi Musa bisa deal kayak gitu di depan Nabi Syu'aib juga tidak terlepas dari peran 'orang dalam', yang memberi sinyal positif dan saran efektif kepada sang mertua.

'Orang dalam' itu siapa lagi kalau bukan puteri Nabi Syu'aib sendiri yang mengusulkan rekomendasi. Dia yang bilang ke sang ayah:

قالت احداهما : ياأبت استئجره

Salah satunya berkata: Wahai ayahku, jadikanlah dia pekerja (pada kita).

Pelajaran:
Nabi Musa menikah bukan dengan dikasihani, juga bukan dengan pinjem duit. Meski tidak dibayar tunai, namun beliau mencicil dengan kerja keras. Bukan berhutang kesana kemari, bukan minta belas kasihan orang.

Tapi kerja, kerja, kerja. Dan terbukti sebelumnya dia bisa bekerja dengan baik dan mengesankan. Karena itulah dapat rekomendasi.

(Ustadz Ahmad Sarwat)

Baca juga :