Anis Matta, Ustad yang bangun Partai Berazas Pancasila, Kenapa?


Anis Matta, Ustad yang bangun Partai Berazas Pancasila, Kenapa?

Oleh: Arka Wong Ndeso 

Anis Matta adalah seorang ustad dengan pengetahuan yang luas. Jika mendengar tausiahnya, kita akan terpana dengan uraian sirah yang dalam, disertai tinjauan ilmiah dari ayat-ayat Quran menjadikan apa yang beliau sampaikan begitu renyah.

Mungkin publik bertanya, kenapa Anis Matta justru membentuk Partai Gelora Indonesia, dimana partai baru ini malah memilih berazaskan Pancasila dan bukan berazaskan Islam. Kenapa tidak membentuk partai berbasis Agama seperti partai yang pernah ia naungi hampir 20 tahun.

Inilah pilihan politik beliau yang saya nilai brilian dan sangat terbuka dengan kondisi perubahan baru. Ini juga membuktikan beliau sangat open dan jauh dari kekakuan pemikiran yang memang dibutuhkan untuk menjadi bagian dari solusi persoalan kebangsaan yang terus berkembang.

Kenapa brilian, karena dengan berazaskan Pancasila, menurut saya paling tidak ada 3 peran dan positioning yang bisa dilakukan Partai Gelora yang tidak akan bisa dilakukan oleh partai lain.

Yang pertama adalah peran konsolidasi ideologis dan persatuan keumatan

Ustad Anis Matta yang memiliki basis keumatan karena beliau punya kemampuan komunikasi keumatan, akan mampu menjadi jembatan konsolidasi ideologis yang selama ini masih menjadi konflik yang tak kunjung satu. Ada jurang pemisah antara kaum agamis dengan kaum nasionalis yang seharusnya itu tidak perlu.

Apalagi sejak momentum kontestasi politik beberapa tahun ini, ada benturan keras yang cukup mengkhawatirkan, seakan-akan kekuatan Islam bertarung, bermusuhan dengan kekuatan Nasionalis yang sering disebut kaum abangan. Apakah memang keterbelahan ini perlu dipertahankan.

Partai Gelora punya potioning yang tepat, memberikan contoh kepada bangsa ini, bahwa keyakinan keimanan, ideologi agama tidak berbenturan dengan nasionalisme.

Seorang Ustad mampu memimpin Partai Nasionalis berazas Pancasila adalah pesan, bahwa Agama tidaklah berbentur dengan Nasionalisme tanpi justru menguatkan. Dan saya kira sejarah bangsa ini telah mengajarkan itu. Dengan ini Partai Gelora akan mampu menjadi aktor persatuan keumatan.

Yang kedua Partai Gelora Indonesia menjadi aktor rekonsiliasi dan membangun kolaborasi anak bangsa

Kita lihat bersama kegaduhan disosial media dimana tidak lagi nilai dan kebangsaan yang diperjuangkan, namun justru keterbelahan identitas yang saya kira sangat berbahaya. Ada cebong, kampret, dan sekarang ada sebutan kadrun, ini sangat tidak sehat dalam konsolidasi kebangsaan.

Lagi-lagi Partai Gelora punya positioning dan peran yang bagus. Partai Gelora bisa menjadi perekat keduanya dalam satu kesatuan, melakukan konsiliasi kebangsaan. Akan sangat berbeda jika Gelora berazaskan Islam, maka langsung Partai Gelora akan masuk kedalam kotak kadrun.

Dengan berazaskan Pancasila, Nasionalis, Partai Gelora mampu untuk menjalin rekonsiliasi dikeduanya, memberikan alternatif jalan baru yang menjadikan munculnya titik temu baru dalam satu gagasan.

Apalagi Partai Gelora memilik gagasan yang cukup kuat, yaitu Arah Baru Indonesia, menuju negara 5 besar Dunia. Gagasan ini akan mudah dicerna oleh kaum agamis karena disampaikan secara apik oleh seorang Ustad dengan spirit Agama, namun tidak diragukan juga Nasionalismenya oleh kaum nasionalis karena Partainya berazaskan Pancasila.

Yang ketiga Partai Gelora mampu memperkuat lahirnya Demokrasi Modern

Tidak perlu kita diskusikan, mayoritas partai adalah feodal, dimana Partai dipegang absolut oleh satu dan dua orang. Tidak perlu saya sebutkan karena itu kasat mata terlihat.

Saya kira pilihan Partai Gelora berazaskan Pancasila akan memberikan contoh bagaimana sebuah partai dapat dibangun dengan sistem yang modern dengan landasan pilar kebangsaan.

Partai yang egaliter dimana ide dan gagasan dibiarkan menyamai subur.

Demokrasi sudah sebagai pilihan politik bangsa ini, tapi ironisnya demokrasi justru tidak ada di Partai-partai yang justru cenderung feodal. Apa kata Ketua umum menjadi sabda yang tunggal. Kita menolak Totaliter, tapi justru totaliter ada didalam Partai.

Gelora tidak memilih menjadi Partai agama. Partai Agama cenderung menjual identitas yang justru membuat bangsa semakin terbelah.  Agama hanya untuk memperkuat positioning politiknya yang seharusnya dalam demokrasi modern hal tersebut tidaklah tepat, yang perlu dibangun adalah memperkuat ide dan gagasan, memberikan solusi persoalan kebangsaan.

Gelora punya peluang bagus untuk mengkolaborasikan potensi yang ada didalamnya. Kekuatan keagamaan, keumatan dan juga kekuatan Nasionalisme sekaligus. Jika 3 peran ini dilakukan, Gelora punya peluang untuk menjadi Partai besar dan cita-cita mewujudkan Indonesia menjadi negara 5 besar dunia bukan hanya slogan dan mimpi saja.

(Jum'at, 12 Juni 2020)

Baca juga :