Dialog Pemikir Islam, Anis Matta: Dunia Paska Corona dan Posisi Dunia Islam


[PORTAL-ISLAM.ID]  Dialog Pemikir Dunia Islam dengan topik tentang Dunia Paska Corona dan Posisi Dunia Islam. Berlangsung live online via Zoom, Kamis, 16 April 2020.

Ada empat pembicara:
1. Waddah Khanfar: Eks dirut Aljazeera yang membawa media milik Qatar ini menjadi esklopedia peradaban terlengkap sepanjang masa, bukan hanya media mainstream.
2. Anis Matta: Pemikir dari Indonesia.
3. Ashraf Rashid: Seorang jurnalis yang mendalami Rusia.
4. Muhammad Makram: Peneliti yang mendalami Cina dan Asia Timur.

***

Paparan Anis Matta (Sesi I)


Assalamu'alaikum Wr WB.

Saya berterima kasi khususnya kepada penyelenggara dengan adanya Forum ini di mana kita masih dalam kondisi mu'tazilah (stay at home) bersama Corona.

Mari kita sedikit jauh memperhatikan apa yang akan terjadi pada dunia pasca corona.

Pertama, ada beberapa hal yang bisa kita cermat dari ulasan DR. Waddah Khanfar tadi.

Kita (umat Islam) sepanjang sejarah baik sebelum dan selama Wabah Corona kita telah menyaksikan adanya perang peradaban. Sejak Amerika mendefinisikan musuhnya yang sebenarnya adalah China dan Rusia pada tahun 2015 lalu, kita menyaksikan secara teoritis ilmiah, sedang secara operasional kita sekarang menyaksikan fase baru pertempuran yang dinamakan Ma'rokah Hajinah.

Untuk pertama kalinya sejak sejarah kebangkitan China, sejak 40 tahun yang lalu China menjadi negara yang paling mengambil manfaat dari proses globalisasi dunia. Pilar-pilar kebangkitan China sangat relevan dengan dunia. Teknologinya relevan. Jaringan komunikasi relevan, produk-produk nya juga relevan dengan kebutuhan pasar dunia. Artinya semua produk China yang diekspor diproduksi di dalam negeri. Bahkan Eropa adalah pengguna terbesar produk China di seluruh dunia.

Sekarang semua kekuatan ini khususnya Amerika mulai menjadikan China sebagai musuhnya di Shaf pertama. Dan ini akan berbalik pada masa depan politik Eropa terhadap China.

Kalau kita perhatikan 1/3 ekonomi China sangat bergantung pada dunia. Benarlah apa kata DR Waddah bahwa China sebenarnya negara yang paling mengambil manfaat dari iklim globalisasi. Dan ini yang kita saksikan sejak tahun 90an di mana terjadi pergeseran sistem ekonomi di China dari komunisme menjadi kapitalisme. Dan sejak itulah China menjadi negara yang banyak mengambil manfaat dari globalisasi.

Namun sekarang tidak mudah bagi China dalam kondisi deglobalisasi, dan permusuhan Amerika,  serta sikap Eropa sangat memengaruhi kondisi dalam negeri China terutama masalah ekonomi.

Misalnya Corona saat ini membuka realita baru bagi bangsa Amerika bahwa 80-90% produk kesehatan di Amerika adalah impor dari China baik alat kesehatan atau obat-obatan. Dalam kondisi konflik dan permusuhan terhadap China mereka tidak siap. Pilihannya adalah memproduksi alat kesehatan baik alat atau obat-obatan dari dalam negeri. Kondisi ini justru akan mengurangi impor dari China dan tentu saja merugikan China.

Bingkai yang perlu menjadi perhatian kita dalam konflik peradaban ini adalah tidak adanya misi (proyek) peradaban yang dibawa keduabelah pihak. Misinya hanyalah mengalahkan satu sama lain.
Masalah dunia saat ini yang kita saksikan adalah tidak adanya narasi peradaban baik dari Amerika, Rusia, China, maupun Eropa. Saya melihat Proyek Jalur Sutra China hanyalah proyek menyambung transportasi laut dan udara, dan tidak membawa misi peradaban yang sebenarnya secara pemikiran bagi bangsa China.

Jadi ketika melihat China bergeser dari sistem sosialisme ke kapitalisme itu hanyalah sebuah eksperimen dalam negeri, dan sekaligus menunjukkan kegagalan sistem sosialisme dalam menciptakan kesejahteraan bangsa China. Kebangkitan ekonomi ini adalah respon dari permasalahan internal,dan bukanlah cerminan dari narasi peradaban yang dibawa bangsa China.

Ketika kita menelisik sejarah Islam di mana waktu itu ada dua peradaban Romawi dan Persia, maka kita dapati kebangkitan Islam bukanlah karena kekalahan sebuah peradaban, namun sejak awal munculnya membawa narasi pemikiran Islam yang dibawa Kenabian sebagai proyek Pemikiran,  sebelum akhirnya menjadi proyek Peradaban. Sedangkan China sejak awal tidaklah membawa misi peradaban apapun.

Saya cenderung melihat kondisi sekarang ini lebih pada efek dari konflik peradaban daripada sekedar menuju keseimbangan sistem baru yang disepakati semua bangsa. Karena kebangkitan China itu berbeda, dan di satu sisi sikap Amerika sebagai kekuatan dunia mewajibkan ia bertindak dengan apapun sehingga China tidak dapat sampai pada puncak peradaban yang ia bisa.

Dalam kondisi sekarang ini saya cenderung mengataan bahwa setelah krisis Corona ini bisa menyebabkan krisis ekonomi. Lalu akan terjadi krisis sosial dan berkembang menjadi krisis politik.
Krisis politik yang akan berkembang nanti menurut saya adalah krisis politik yang berbeda,  yaitu krisis politik dalam negeri di masing-masing negara.

Wabah Corona ini akan menyebabkan masing-masing negara menata urusan dalam negerinya, dan ini bukan berarti deglobalisasi. Namun setiap negara akan sampai pada keseimbangan baru dan pada akhirnya bangsa-bangsa akan sampai pada keseimbangan sistem global baru yang disepakati bersama.

Kebanyakan orang yang tidak mengetahui China dari dekat akan mengira bahwa konflik yg dihadapi China saat ini hanyalah perang dagang.

Tidak banyak diekspos oleh media bahwa China sebenarnya juga menghadapi potensi konflik sosial dalam negeri dan perpecahan yang sangat nyata dan kuat. Konflik dan perpecahan ini bisa menyebabkan tsaur  (pemberontakan) dalam negeri. Itu juga yang di hadapi Amerika dan juga negera-negara Eropa.

Konflik sosial yang akan terjadi di setiap negara akan sangat menentukan sistem baru di setiap negara. Sistem ini akan sangat memengaruhi hubungan antarbangsa ke depan.

Wallahu a'lam.

(Diterjemahkan Oleh Syeikh Ibnu Said Al Boney)

[Video]
Baca juga :