[PORTAL-ISLAM.ID] Dengan pemberitaan mengenai corona virus oleh pemerintah yang terkesan samar karena menolak membeberkan identitas dn lokasi mengrnai pasien terpapar corona, membuat masyarakat mempertanyakan tentang ancaman yang terkesan 'tak kelihatan'.
Hari Rabu, 11 Maret 2020 kemarin, juru bicara Kemenkes untuk masalah COVID-19, Achmad Yurianto, mengatakan bahwa pasien Kasus 25 telah meninggal sekitar pukul 2 pagi setelah tiga hari dirawat. Dia hanya mengatakan bahwa pasien tersebut berusia 53 tahun, dan tidak mengatakan pasien tersebut warga negara mana beserta lokasinya.
Sejak Senin, dimulai dengan Kasus 7, Achmad menolak memberitahukan lokasi tiap pasien dan kewarganegaraannya jika pasiennya adalah seorang WNA, dengan dalih akan tetap konsisten untuk tidak memberitahukan lokasi para pasien.
Tentu saja ketidak transparansian ini membuat para ahli bertanya-tanya. Setelah kematian pertama karena virus corona di Indonesia, Ketua Gugus Tugas COVID-19 di Bali, Dewa Made Indra, mengatakan bahwa pasien WNA suspect corona telah meninggal di Rumah Sakit Sanglah Bali. Ia berkata awalnya tidak tahu kalau pasien tersebut adalah Kasus 25.
Baik Kemenkes maupun pihak pemerintah Bali enggan untuk mengjngkapkan kewarganegaraan pasien, tapi media Inggris mengatakan bahwa pasien tersebut berasal dari Inggris.
Di hari Rabu juga, pemwrintah mengumumkan 7 kasus baru dan semua WNI yang sudah kembali dari luar negeri, namun tidak disebutkan mereka datang dari mana, pun juga posisi terkini para pasien.
Achmad mengatakan bahwa publik tidak perlu tahu di mana tempat tinggal para pasien COVID-19, dengan alasan bahwa hanya tim pelacak yang memerlukan informasi tersebut.
Pernyataan Achmad tentu saja membuat para ahli kebingungan.
Komisi Informasi Publik (KIP), yang mengawasi bagaimana pemerintah memenuhi hak publik mengenai informasi, mengatakan bahwa jika kasusnya sudah mengancam kehidupan banyak orang maka sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk memberikan informasi kepada masyarakat, seperti dilansir The Jakarta Post dalam tulisannya yang berjudul "Indonesia reports first COVID-19 death as opaque communication creates confusion".
Berita ini pun dikomentari Elisa Sutanudjaja.
"Ambyar baca ini, KSP bilang gak bisa setransparan negara lain.... Tambah bete krn tadi pagi habis nonton video konpersnya Korsel ttg Covid19 yg nyatakan bahwa kunci mereka adlh transparansi," cuitnya lewat akunnya, @elisa_jkt.