Ini Kronologi Lengkap Peran Ustadz Bernard di Masjid Al Falah dalam Kasus Ninoy


[PORTAL-ISLAM.ID]   Ketua Umun Dewan Pengurus Pusat Persaudaraan Alumni 212 (DPP PA 212), Ustaz Slamet Maarif menyampaikan kronologi keberadaan Ustadz Bernard Abdul Jabbar di Masjid Al Fallah, Pejompongan, Jakarta Pusat. Hal ini untuk mengklarifikasi penetapan status tersangka Ustadz Bernard yang terkesan terburu-buru.

Slamet membeberkan, seteleh Zhuhur Ustadz Bernard berobat ke klinik dr Solihin di Rawa Lumbu sampai jam 17.00 WIB. Selepas berobat, dia langsung pulang ke rumah.

Namun, sampai di rumah ia mendapati info bahwa anaknya ikut aksi bersama mahasiswa, sehingga Ustadz Bernard dan istri jam 19.00 WIB mencari anaknya ke arah Senayan. Di tengah jalan ada info banyak korban mahasiswa dan pelajar di Masjid AI Falah.

“Sehingga Ustadz Bernard dan istrinya menuju masjid Al Falah karena di mobil ada peraIatan medis P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan) seperti perban, betadine, oksigen, dan lain-lain,” kata Slamet dalam jumpa pers di kantor PA 212 di bilangan Condet, Jakarta Selatan, Rabu (9/10).

Setibanya di Masjid Al Falah, Ustadz Bernard dan istri membantu korban yang ada dengan P3K. Lalu ketika sedang membantu korban, tia-tiba Ustadz Bernard mendengar keributan karena ada yang diduga penyusup yang dihakimi massa.

“Spontan Ustadz Bernard menyelamatkan dan melindungi yang diduga penyusup bernama Ninoy dari amukan masa. Bahkan menasihati untuk jangan keluar dulu karena berbahaya sebab di luar massa masih marah,” tuturnya.

Alhasil, setelah diselamatkan Ustadz Bernard dan jamaah serta beberapa pengurus DKM Al Fallah, Ninoy berterima kasih pada Ustadz Bernard bahkan mencium tangan Ustaz Bernard. SeteIah itu, Ninoy diajak duduk dan istirahat dengan kondisi aman.

SeteIah kondisi aman, sekira pukul 03.00 WIB, Ustaz Bernard pulang ke rumah. Artinya, tegas Slamet, Ustadz Bernard menyelamatkan Ninoy bukan mempersekusi Ninoy.

“Berdasarkan keterangan Ninoy, aneh kalau merasa diculik dan dipersekusi karena pulangnya diantar, dikasih makan, disalamin, bisa tiduran, dan sebagainya,” katanya.

Jumpa pers di kantor PA 212 di bilangan Condet, Jakarta Selatan, Rabu (9/10/2019)

“Bagi kami, yang aneh itu jika tidak ada asap dan tidak ada api. Seharusnya, yang diperiksa kenapa Ninoy berada di tengah kerumunan massa?” sambungnya.

Bahkan ia tak dapat membayangkan jika anak-anak pelajar saat itu tidak dapat menahan emosinya. Sementara, ada satu mahasiswa yang dipukuli oleh aparat yang terlatih, terdidik, dan mengerti hukum, tapi tidak dapat mengontrol emosi di tengah kerumunan massa.

“Kami justru mengapresiasi pengurus masjid yang menerima evakuasi anak-anak mahasiswa dan pelajar,” ujarnya. (Inside)

Baca juga :