Ulasan Keren! Kenapa DKI Jakarta Raih Penghargaan Geospasial Pertamakali Dalam Sejarah Asia Tenggara


[PORTAL-ISLAM.ID]  Saya share tulisan Sigit Riyanto tentang JAKARTA SATU. Ini tulisan keren! Bisa menjelaskan hal rumit ke dalam bahasa awam yang mudah dimengerti.

Tulisan ini terkait penghargaan DKI Jakarta menjadi kota pertama di Asia Tenggara yang diberikan penghargaan Geo Innovation Award oleh ESRI (Environmental System Reaserch Institute).

Penghargaan tersebut diterima Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang diserahkan langsung oleh Mr. Jack Dangermond, Presiden dan Founder ESRI, Kamis (22/8/2019).

***

Geo innovation award oleh ESRI kepada Gubernur DKI ternyata yang pertama kali di Southeast Asia

Oleh Sigit Riyanto
(Lulusan Teknik Geodesi dan Geomatika UGM)

Kebetulan karena terkait dengan Geospasial, jadi sesuai bidang saya, dan saya tertarik untuk menyampaikan uneg-uneg saya ini.

Jauh sebelum saya mengenal google maps, ESRI sudah menjelma menjadi salah 1 kiblat software pembuatan peta, sebut saja arcinfo. Siapa yang gak kenal software yang jaman dulu dipakai untuk membuat peta, bahkan semacam atlas. Peta jalan biar gak tumpang tindih, peta-peta yang banyak dipajang di instansi, dan bahkan di badan koordinasi survey dan pemetaan nasional (Bakosurtanal) yg sekarang bernama BIG.

ESRI sering mengadakan user conference diberbagai kota di dunia, dan tidak gratis. Mbayar, itupun muahal, saya sendiri di tahun 2019 tidak bisa hadir. Ini menjelaskan 2 hal:
1. Saya gak mampu beli tiketnya karena mahal
2. Sebagai pemula, saya masih di level remahan rengginang di toples konghuan di pojok meja ujung sebalah kanan dapur, bukan di ruang tamu.

Nah menariknya dari acara ESRI ini ikut juga memberikan penghargaan di bidang Geospasial. Apa itu?

Geospasial dalam bahasa saya adalah model peta online yang tidak hanya memuat peta itu sendiri tapi semua informasi di dalam peta tersebut. Bahasa mudahnya mirip waze, google maps versi android. Tapi ada juga model yg memuat peta hanya spesifik informasi tertentu, semisal peta persebaran cadangan mineral, peta persebaran apotek se-Jogja.

Yang lebih kompleks salah satunya seperti milik DKI (https://jakartasatu.jakarta.go.id). Ini jenis produk geospasial yang sangat kompleks, karena gak hanya memuat peta dan informasi keruangan seperti jalan bangunan pemukiman. Tapi bahkan informasi soal pajak, tata ruang, perizinan, aset pemprov juga ada disana. Mungkin suatu saat bahkan bisa dilengkapi juga dengan no KTP pemilik bangunan, jumlah istri, anak, mobil, garasi, jumlah usahanya sekalian termasuk BPJS masih nunggak apa gak bisa juga dimasukan disitu.

Informasi non spasial ini diperoleh dari instansi-instansi. Informasi pajak tentu saja dari kantor pajak, IMB, kepemilikan atas tanah dari BPN, akses jalan bisa dari PU. Artinya terjadi pengumpulan data lintas instansi. Yang dulunya data ini sangat sulit diintegrasikan menjadi satu kesatuan, salah satunya mahalnya pembuatan data tersebut. Sebut saja BPN dengan PU sama sama membuat peta tapi beda referensi koordinat, satu pakai proyeksi TM3 satu pakai UTM. Dan beberapa kasus malah pakai sistem koordinat lokal, data tersebut kalau mau disatukan butuh yang namanya transformasi koordinat. Bukan pekerjaan mudah, karena butuh orang ahli gak cuma geodesi, tapi matematika, statistik, hitung perataan. Jangan ditanya kuliahnya bikin mumet, butuh 2 semester untuk mempercantik nilai jadi B aja.

Nah menyatukan semua data itu pekerjaan yang besar, butuh kemampuan dan pengetahuan yang mendasar soal geospasial/informasi keruangan. Ego sektoral kerap menjadi salah 1 kendala one map reference sering tidak jadi menyatu. Menariknya ESRI yang melihat informasi di portal DKI tersebut justru memberikan penghargaan tersendiri. Ini mungkin sebuah keberhasilan di bidang geospasial, bahwa sebuah propinsi yang cukup kompleks pun data dan informasi bisa diwujudkan dalam 1 produk geospasial.

ESRI tentu gak sembarangan dalam membuat keputusan penghargaan tersebut mengingat informasi geospasial sering dianggap sebagai data mahal dan harus tertutup, kemudian gak bisa diakses bebas oleh siapapun. Saya tidak tahu mengapa DKI membuka akses tersebut secara free ke masyarakat, namun memasyarakatkan geospasial juga menjadi salah satu tugas akademik non resmi lulusan geodesi. Agar makin dikenal dan tentu saja gak kebingungan ketika ortu nya bertanya "kuliah mu geodesi, geodesi ki opo?".

Andai orang tahu peralatan untuk membuat peta itu tidak ada yang murah. GPS geodetik untuk menentukan 1 koordinat teliti aja harganya 1 set bisa 200 jutaan, belum yang dipake buat keker keker dojalan itu, bisa ratusan juta juga. Itu aja ga cukup, masih butuh software semacam ESRI yang kalau dalam 1 license full ga kalah harganya dengan 1 hrv prestige 1800cc. Itupun terkadang masih kurang karena butuh software adjusment koordinat poligon dari Total station atau gps geodetik harganya bisa sampai harga 1 mobil lcgc.

Jaman sekarang sudah terbantu juga dengan adanya UAV Unmanned Aerial Vehicle seperti MicroUAV rakitan slemania ini yang bisa dipesan di www.sigitriyanto.com. Inipun softwarenya beda lagi untuk mengolah menjadi 1 foto udara detil. Belum lagi data non spasialnya seperti no imb, bangunan, pajak, pemilik, no sertifikat, informasi sakolah jumlah murid, rumah sakit dengan jumlah dokter spesialisnya dll. Sangat kompleks dan tidak murah.

Maka menyatukan semua itu menjadi 1 produk geospasial merupakan pekerjaan besar. Dan setelah jadi produk geospasial, maka perencanaan semacam persebaran tiang telpon pun bisa diketahui, tiang mana saja yang dipasang di pinggir jalan, di pekarangan orang, dipasang nempel pagar pun bisa diketahui, dan bahkan jalur terowongan pembuangan limbah dan jalur kabel optik juga bisa diketahui. Jadi kalau ada tumpang tindih saluran kabel fiber optik drngan pipa gas pipa pdam pun bisa dicek siapa yang kurang pas memasangnya.

Di negara maju utilitas semacam ini sudah terencana dengan rapi, jadi sangat jarang terjadi 1 trotoar dalam 2 bulan dibongkar 4 kali hanya karena untuk memasang kabel telpon, kabel fiber optik, pipa PDAM, dan saluran limbah rumah tangga.

Semua bisa terencana dengan baik tata ruang jikalau informasi geospasialnya tepat.

Dan menurut saya sebuah kerja keras yang layak diapresiasi oleh ESRI atas keberhasilan pemerintah DKI tersebut, kabarnya itu yg pertama di Asia Tenggara.

Menarik bukan? (bagi geodet dan penggerak geospasial).

Kunjungi saya di WWW.SIGITRIYANTO.COM khusus untuk diskon pemesanan pesawat UAV, UAV VTOL, training, dan jasa pemetaan foto udara tanpa awak.

Kalau untuk konsultasi free tidak dipungut biaaya 😁😁😁😁

*Sumber: https://www.facebook.com/sigitriyant/posts/10217490790853481?__tn__=K-R

(Dengan beberapa editing seperlunya untuk memudahkan membaca)

A post shared by Anies Baswedan (@aniesbaswedan) on
Baca juga :