Serial Cerita Haji Anis Matta ke-12: Futuhat Islamiyah dan Zaman Fitnah


Serial Cerita Haji Anis Matta ke-12:
Futuhat Islamiyah dan Zaman Fitnah

Setelah 20-an tahun Futuhat Islamiyah (masa-masa kejayaan) datanglah Zaman Fitnah di akhir masa Usman dan seluruh masa Ali.. atau sekitar 10 tahun terakhir masa Khulafa Rasyidin.. Itu 3 dekade, 2 tantangan, tapi dalam 1 era.

Tapi tantangan Ijtihad besar mereka tetap sama: Bagaimana mentransformasi nilai-nilai agama dalam 2 tantangan yang berbeda itu.. ketika Allah menguji mereka dengan Futuhat Islamiyah yang luar biasa luasnya dan ketika Allah menguji mereka dengan Zaman Fitnah.

👉 Dalam era Futuhat Islamiyah Abu Bakar dan Umar membawa nilai-nilai kebebasan, syuro, keadilan dan kesejahteraan, akuntabilitas, profesionalisme, achievement dan lainnya ke dalam sistem ketatanegaraan dan manajemen pemerintahan sebagai nilai agama.

Semua nilai-nilai yang berhubungan langsung dengan sistem ketatanegaraan dan pengelolaan pemerintahan itu dipadu dengan nilai-nilai iman di alam batin seperti kejujuran, taqwa, zuhud, wara’, muhasabah dan seterusnya.

Maka yang kita saksikan adalah kombinasi antara otoritas besar dan muhasabah, kemelimpahan dan zuhud, syuro dan kejujuran, kebebasan dan taqwa, achievment dan wara’, ilmu dan tawadhu’.. begitu seterusnya..

👉 Di era Usman dan Ali masyarakat tak lagi sanggup bertahan dalam ideliasme yang sangat tinggi dan agung itu.. Masyarakat sedang berjalan ‘turun dari puncak nilai2 agama’ itu.. Situasi pembalikan dari idealisme.

Semua konflik internal yang terjadi di masa Usman dan Ali, yang kelak dikenang sebagai Zaman Fitnah, secara sederhana adalah efek dari pembalikan itu.. Saat umat berjalan turun dari puncak keagungan idealisme mereka.

Itulah tantangan Usman dan Ali.. Mereka berdua seperti menahan bola besar untuk tidak menggelinding dari puncak gunung idelisme nilai-nilai agama dimana mereka bertengger sebelumnya bersama Rasulullah saw, Abu Bakar dan Umar.

Usman dan Ali harus ‘bertahan di puncak idealisme’ itu agar tetap bisa bersama Rasulullah saw, Abu Bakar dan Umar.. agar tetap ada dalam kafilah Khulafa Rasyidin.. Walaupun akhirnya harus berdiri seorang diri di situ.. Walaupun akhirnya harus menjadi korban..

Kewajiban mereka dalam situasi seperti itu adalah bagaimana bertahan dan tegar dalam kebenaran di tengah kecamuk Zaman Fitnah.. Ketika kebenaran tersembunyi di balik kebodohan, kenaifan, dendam, keserakahan,  kebohongan, intrik politik, ekstrimisme..

Usman dan Ali harus mempertahankan kebebasan publik, kebenaran, keadilan dan muhasabah dalam pengelolaan konflik.. Mereka tidak memilih untuk ‘menang’ dengan menggunakan power.. Mereka memilih tetap ‘benar’ walaupun harus mengorbankan power.. bahkan nyawanya sendiri..

Ketika kemenangan dan kebenaran tidak dapat dipertemukan, mereka memilih benar.. Ketika pertanggungjawaban dan keselamatan pribadi tidak dapat disandingkan, mereka memilih pertanggungjawaban.. Ketika dunia dan akhirat tidak dapat diraih bersama, mereka memilih akhirat..

Bertahan dalam kebenaran di Zaman Fitnah itulah yang membuat mereka bertahan dalam kafilah Khulafa Rasyidin.. Itu makna bahwa mereka berempat ada dalam 1 era, 2 tantangan, 3 dekade... sebagaimana sabda Nabi “Khilafah dlm tubuh umatku akan berlangsung 30 thn,” kata Rasulullah SAW.

Bertahan di idealisme di tengah Futuhat Islamiyah dan Zaman Fitnah adalah makna yang menjelaskan mengapa era itu disebut era Khulafa Rasyidin.. Zaman Terbaik.. Khairul Qurun.. Golden Age.. setelah era Rasulullah SAW.

(Dari twit @anismatta 15-08-2019)

Baca Serial Sebelumnya:
Baca juga :