KOMPAS YANG BIKIN NGAMBEK PENDUKUNG 01


KOMPAS YANG TERHAKIMI 

Dapet kabar, bahwa pendukung Jokowi ngambek banget sama KOMPAS.

Selama ini mereka anggap Kompas selalu ada untuk mereka, selalu siap sedia hadirkan berita yang mengelus kening dan membelai belakang telinga. Sesekali, hembuskan angin hangat ke bagian tengkuk. Membuat bulu tangan mereka merinding dan tersenyum dengan maya sayu ke Kompas...

Saat Kompas hadirkan fakta yang membantah dusta untuk sang raja, mereka kaget dan merasa tidak terima. Dengan mata Jereng mereka menoleh pada kompas, seolah meminta jawaban atas pemberitaan yang dihadirkan. Pemberitaan yang membuat sang raja menjadi pecundang atas perkataan yang di keluarkan.

Hubungan mesra kompas dan pendukung Jokowi bak telur di ujung tanduk. Segala kenangan indah itu laksana kaca retak seribu. Belum pecah, namun di ambang kehancuran.

Pemberitaan survey hasil Litbang Kompas yang mengatakan ada penurunan signifikan atas elektabilitas Jokowi menggerus hasil lembaga survey kaleng-kaleng seperti LSI milik Denny J.A's World. Kompas memiliki reputasi nama yang masih bagus di dunia jurnalistik. Setiap hasil Litbang mereka selalu di jadikan rujukan para pengamat yang mempunyai bidang ilmu mumpuni kala membahasnya.

Survey Litbang Kompas, menampar hasil lembaga survey kaleng-kaleng bergaun pink.

Pendukung Jokowi langsung bermuka merah padam. Mereka tidak terima ketika hasil harus mendekati FAKTA. Dalam kacamata saya, survey Litbang Kompas masih belum 100% sesuai fakta. Memberikan nilai 50% untuk elektabilitas Jokowi saya anggap masih ketinggian. Harusnya, elektabilitas Jokowi berada di kisaran angka 35-40%.

Tapi Kompas masih belum tega untuk menghajar Jokowi dan tim horenya. Jangan sekarang, step by step...mereka masih menyimpan berita duka lainnya yang nantinya akan ikut menurunkan elektabilitas Jokowi.

Klaim Jokowi saat meresmikan MRT di Jakarta, bahwa pembangunannya atas inisiatif Jokowi langsung mendapatkan membuktikan oleh jurnalistik seperti tirto.id dan Kompas. Tirto sudah menuliskan media grafis tentang kebohongan Jokowi. Dan saat ini, kompas pun mengambil peranan sebagai media yang harus hadirkan fakta.

Dalam pemberitaannya, kompas mengupas pembangunan MRT mulai dari pengusulan, perencanaan, hingga pembangunannya. Dan terlihat, bahwa klaim Jokowi adalah nafsu tanpa logika. Gak tanggung2, judul kompas langsung tercetak tebal dengan capslock : CEK FAKTA..!!


https://megapolitan.kompas.com/read/2019/03/22/17565651/cek-fakta-jokowi-klaim-mrt-putusan-politiknya-bersama-ahok

Pemberitaan Kompas ini langsung menjadi rujukan publik untuk menghantam mulut dusta Jokowi. Berbagi opini dan artikel langsung tampil menampar klaim Jokowi.

Disinilah terlihat muramnya pendukung Jokowi. Saat elektabilitas turun, saat bangku-bangku banyak yang kosong tapi sembako habis di bawa pulang, saat uang transpor habis tapi undangan hanya berupa anak2 jalanan dengan baju yang kedodoran karena salah size. Mereka harus melihat hantaman FAKTA justru hadir lewat media yang selama ini mereka anggap berada di zona mereka.

Ibarat gadis malam yang selalu memberikan kepuasan pada sugar Daddy. Kali ini, sugar Daddy harus berpaling karena menemukan wanita syahdu yang berjalan santai tapi memikat hati.

Pendukung Jokowi cemburu, marah dan tidak terima. Dengan kekuatan bulan purnama, mereka mengajak sisa teman2 yang masih memuja. Berkumpul di atas bukit tandus di tengah malam, dan mengadakan persekongkolan jahat. Mereka bersumpah tidak akan membaca kompas lagi, mereka sepakat akan boikot kompas. Mereka sepakat akan mandi kembang, untuk menghilangkan kenangan atas belaian kompas di tubuh mereka..

Tengadahkan kepala ke arah bulan purnama, gerombolan serigala berotak dungu itu melenguhkan suara sebagai tanda sumpah di bunyikan.

Luar biasa ..

Saat fakta di hadirkan, justru di jawab dengan kebencian. Inilah kualitas pendukung Jokowi yang sudah kita ketahui sebelumnya bahwa mereka banyak berasal dari kelas pendidikan rendah. Hanya menampilkan sisi emosional dan melupakan logika rasional dalam mendukung.

Bagi mereka, fakta tidak boleh di hadirkan agar sang raja tetap mulia. Walupun kemuliaan itu harus di dapatkan dengan menampilkan kedustaan.

Sampai di sini, banggakah anda ketika tidak berada di kubu mereka..?

Saya bangga, bangaimana dengan kamu Beb....?


*dari fb penulis

Baca juga :