Unicorn RI Dikuasai Asing, Keuntungan Lari ke Luar Negeri


Unicorn RI Dikuasai Asing, Keuntungan Lari ke Luar Negeri

Serangkaian kucuran dana besar-besaran dari berbagai investor raksasa mancanegara membuat kepemilikan empat perusahaan rintisan atau startup Indonesia, yang kini telah memimpin pasar di segmennya, dikuasai asing.

Suntikan dana besar-besaran yang mendukung perkembangan dan ekspansi bisnis membuat Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka menjelma menjadi unicorn.

Unicorn adalah sebutan bagi startup yang valuasi usahanya minimal USD1 miliar. Yang terbaru, seperti dilaporkan Tech-Crunch, Go-Jek telah mendapat persetujuan suntikan dana dari beberapa investor: Google, JD.com, dan Tencent sebesar USD920 juta (Rp13 triliun) yang bakal menaikkan valuasi perusahaan menjadi sekitar USD9,5 miliar. Artinya, tinggal selangkah lagi Go-Jek “naik kelas” menjadi decacorn, yaitu startup dengan valuasi USD10 miliar ke atas.

Di antara puluhan investor Go-Jek, diketahui hanya ada dua perusahaan dari dalam negeri, yakni Astra International Tbk (Indonesia) dengan kucuran dana USD150 juta (Rp2 triliun) dan Global Digital Niaga, anak perusahaan modal ventura Global Digital Prima (GDP) milik Djarum Group. Mereka tergabung dalam konsorsium investor yang menyuntikkan dana ke Go-Jek pada putaran penggalangan dana mulai akhir 2017 hingga awal 2018.

Para investor lain Go-Jek kebanyakan perusahaan Amerika Serikat, China, dan Singapura. Dominasi kekuatan ekonomi asing di balik startup lokal yang telah menjelma menjadi unicorn juga bisa dilihat di Tokopedia.

Hanya ada satu investor lokal di perusahaan ini, yaitu Indonusa Dwitama, di antara sembilan perusahaan yang terdata oleh crunchbase.com. Indonusa Dwitama merupakan pemodal pertama Tokopedia serta menjadi bagian tak terlepaskan dari sejarah awal perjalanan e-commerce yang didirikan William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison ini.

Kucuran dana terbaru yang di terima Tokopedia berasal dari Alibaba Group (China) dan Softbank Vision Fund (Inggris) senilai USD1,1 miliar melalui penjualan saham seri G pada 21 November 2018. Unicorn lokal lain, Traveloka, juga berkembang dengan kucuran dana dari investor AS, China, Jepang, dan India. Tak tercatat satu pun investor lokal di perusahaan agregasi jasa perjalanan online ini.

Beda dengan itu, mayoritas saham Bukalapak masih dikuasai PT Emtek yang masuk ke e-commerce besutan Achmad Zaky dan Nugroho Heru cahyono ini sejak 2014. Emtek, melalui anak perusahaannya, PT Kreatif Media Karya (KMK) memiliki 49,15% saham Bukalapak dari beberapa putaran investasi yang nilainya ditaksir hampir mencapai Rp500 miliar.

Namun, Emtek hanya satu dari dua investor lokal Bukalapak. Satu investor lokal lainnya adalah Batavia Incubator, perusahaan join Corfina Group dengan mitranya, Rebright Partners, spesialis inkubator dari Negeri Matahari Terbit. Dari lima investor asing Bukalapak, tiga perusahaan dari Jepang, satu dari AS, dan satu perusahaan Korea Selatan yang baru saja mengucurkan USD50 juta pada pekan lalu.

Keuntungan Lari ke Luar Negeri

Pengembangan unicorn dalam memajukan ekonomi nasional pun menjadi salah satu materi dalam Debat Calon Presiden edisi kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019) malam. Dalam hal ini, Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menyebutkan perkembangan unicorn juga perlu diwaspadai untuk menghindari larinya keuntungan dari Indonesia ke luar negeri.

Pengamat ekonomi dari Indef, Bhima Yudhistira, mengatakan, gencarnya investasi asing masuk ke perusahaan-perusahaan rintisan nasional dalam jangka panjang akan merugikan kedaulatan ekonomi Indonesia.

“Mayoritas barang yang dijual e-commerce merupakan barang impor dengan harga semisubsidi. Akhirnya, produk UMKM lokal tidak mungkin bisa bersaing dari sisi harga,” urainya.

Yudisthira mengatakan, startup unicorn memang mengandalkan modal asing yang jumlahnya cukup dominan untuk menjalankan bisnisnya. Ketika masuk modal asing, kata dia, maka kedaulatan data, dan produk yang ada di startup berisiko menjadi tergadaikan.

"Padahal data merupakan privasi sekaligus sumber daya paling penting di era ekonomi digital. Data ini rentan untuk disalahgunakan sehingga profit yang paling besar dinikmati oleh investor asing itu," ujar Ekonom Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Senin (18/2/2019).

Dia juga menyebutkan masifnya produk asal China yang masuk melalui startup unicorn perlu diwaspadai. Hal ini seiring akuisisi saham unicorn lokal oleh investor asal China, semisal Alibaba dan Tencent.

"Data idEA mengungkapkan 93% produk yang dijual melalui e-commerce adalah produk impor. Artinya keuntungan e-commerce yang harusnya bisa mendorong UMKM berkembang justru keluar ke negara asal penyuntik dana itu," cetusnya.

Sumber: SINDO, iNEWS

***

KENAPA PRABOWO KLO NGOMONG AKHIRNYA TERBUKTI? WALO AWALNYA DIBULLY..

BEDA DG SEBELAH, AWALNYA DIPUJI, TAK TAUNYA BOHONG LAGI...

Baca juga :